Disamping semua Kitab dan ajaran yang ada ini (Taurat, Injil, Weda, Tripitaka, Zoroatser, dll), masihkah dunia memerlukan sebuah kitab yang baru? Pertanyaan ini akan timbul dalam hati setiap orang yang mulai menelaah Al Quran.
Jawabannya akan berbagai-bagai bentuknya :
1. Bukankah perpecahan diantara agama-agama itu menjadi alasan yang cukup untuk munculnya suatu agama baru lagi untuk mempersatukan semuanya?
2. Tidakah pikiran manusia akan menempuh proses evolusi serupa dengan yang dilalui oleh jasad manusia? Dan persis sebagaimana evolusi jasmaniyah akhirnya menjadi sempurna, tidakah evolusi alam pikiran dan ruhaniyah ditakdirkan menuju kesempurnaan akhir yang merupakan tujuan hakiki dari dijadikannya manusia?
3. Tidakah Kitab-Kitab yang datang lebih dahulu menjadi sedemikian rusaknya, sehingga kini suatu Kitab baru sudah menjadi kebutuhan universal yang dipenuhi oleh Al Quran?
4. Adakah agama-agama yang datang lebih dahulu menganggap ajarannya sebagai yang terakhir sekali? Bukankah agama-agama itu percaya kepada kemajuan ruhani yang terus menerus? Bukankah agama-agama itu selalu meyakinkah para pengikutnya tentang kedatangan suatu ajaran yang akan mempersatukan umat manusia dan memimpin mereka kepada tujuan mereka yang terakhir?
Jawaban terhadap empat pertanyaan ini ialah jawaban terhadap pertanyaan mengenai perlunya Al Quran disamping Kitab-Kitab dan Ajaran-Ajaran Agama yang datang lebih dahulu.
(Dikutip dari “Pengantar Untuk Mempelajari Al Qur’an” yang merupakan terjemahan dari buku aslinya yang berjudul “Introduction to the study of the holy Qur’an”. Buku ini merupakan buah karya Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a.dan merupakan bagian dari Kitab Tafsir Al Quran yang beliau buat. Beliau adalah Imam Jemaa’at Ahmadiyah yang ke-2. Buku ini rangkum dalam terjemahan bahasa Inggris nya pada tahun 1947.
Buku Introduction to the study of the holy Quran ini juga menjadi rujukan oleh Depag Republik Indonesia dan dapat anda baca sebagai Bab 2 di setiap Al Quran terbitan Depag dan Al Quran terjemahan bahasa Indonesia yang dicetak oleh Kerajaan Saudi Arabia sebagai souvenir untuk para Jama’ah Haji asal Indonesia.)
Dalam Al Quran yang diterbitkan oleh Depag cetakan tahun 1985 di bawah kepemimpinan Bapak H. Munawir Sjadzali sebagai Menteri Agama. Nama Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a.masih bisa ditemui dalam susunan daftar sumber pustaka. Tidak hanya Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, namun juga 2 tafsir Al Quran Ahmadiyah yang lainnya pun masih tercantum dalam daftar sumber pustaka Al Quran terbitan Depag ini yaitu Maulana Muhammad Ali M.A. (The Holy Quran) dan Maulwi Sher Ali (The Holy Quran).
Namun meski sampai saat ini karya Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a. masih bisa anda baca pada Bab II Al Qur’an terbitan Depag cetakan terbaru, namun nama beliau sudah dihapus dari susunan daftar sumber pustaka.)
Diposting oleh Abu Jihan di 21:59 1 komentar
0 komentar:
Posting Komentar