Segala Kebenaran Milik Tuhan

Love For All Hatred For None

Selasa, 18 Juni 2013

105 Khilafat Ahmadiyah Yang Mengherankan

Ajaib, ahmadiyah yang dianggap sesat ternyata justru telah memiliki sytem khilafat yang telah berumur 105 tahun.Benar-benar di luar perkiraan.  System khilafat yang dibangun pun mengikuti prinsip-prinsip islam.

Khilafat ahmadiyah berdiri tanggal 27 Mei 1908 sehari setelah meninggalnya Mirza Ghulam Ahmad.
 Sebelum Mirza Ghulam Ahmad dimakamkan, anggota ahmadiyah berkumpul, kemudian ditunjuklah Alhajj Hakim Nuruddin menjadi penerus Mirza Ghulam Ahmad untuk mengemban missi ahmadiyah, menyebarkan pesan islam ahmadiyah ke seluruh dunia dan membina seluruh anggotanya.

Minggu, 07 Juni 2009

Pimpinan Jamaah Islam Ahmadiyah Internasional: Kredit Macet dapat Mengarah pada Perang Dunia


Pemimpin Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, tadi malam menyampaikan peringatan penting mengenai krisis keuangan global saat ini dalam pesannya di Konferensi Perdamaian Tahunan ke 6 yang diselenggarakan oleh Jemaat Ahmadiyah Masjid Baitul Futuh di Morden. Acara tersebut dihadiri oleh lebih dari 425 peserta non Ahmadiyah, dari seluruh komponen masyarakat, beberapa diantaranya juga diminta untuk menyampaikan pidatonya pada acara tersebut.

Rafiq Hayat, Amir Nasional Jemaat Ahmadiyah Inggris, membuka acara tersebut dengan menyambut para peserta. Ia menyampaikan bahwa ada kebutuhan penting di masyarakat untuk memahami keyakinan dan kepercayaan satu sama lain, dan hanya melalui pemahaman bersama tersebut perdamaian dapat dicapai.
Siobhain McDonagh, MP Mitcham dan Morden, mengatakan bahwa Islam bukan hanya sekedar agama, namun merupakan ‘jalan hidup’. Nilai intinya, katanya, adalah ‘kebenaran dan keadilan’, dan kedua hal tersebut tercermin dari komitmen Jemaat Ahmadiyah untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik.
Menteri Kemasyarakatan dan Pemerintahan Lokal Shadow, Justine Greeting, mengatakan bahwa membangun ‘pemahaman, toleransi dan respek’ merupakan faktor kunci untuk mencapai perdamaian. Ia menyebutkan, kelompok-kelompok yang berbeda harus memfokuskan diri pada persamaan yang ada daripada membesarkan perbedaan yang sedikit. Ia menyimpulkan dengan menyatakan bahwa ia bangga bahwa Jemaat Ahmadiyah Inggris berada di wilayahnya, dan merupakan suatu kehormatan baginya untuk mengundang Hadhrat Mirza Masroor Ahmad ke parlemen Oktober lalu.
Chris Grayling, Sekretaris Shadow untuk MP Epsom dan Ewell, menyampaikan salam dari Pemimpin Oposisi, David Cameron. Grayling menyampaikan penghargaannya kepada Jemaat Ahmadiyah, karena mereka juga ‘melihat keluar, bukan hanya kedalam’. Ia mengacu pada komitmen jangka panjang Jemaat terhadap kemanusiaan melalui kegiatan sosial seperti “save the Children” dan Rumah Sakit Great Ormond. Ia menutup pesannya dengan menyampaikan harapan agar umat Muslim, Yahudi, Kristen, Hindu dan agama lain dapat hidup berdampingan dengan damai dan penuh toleransi.
Baroness Emma Nicholson MEP, menyampaikan keprihatinannya terhadap serangan yang dihadapi oleh Ahmadiyah di negara2 seperti Pakistan. Ia menyatakan, bahwa ia sering menerima berita mengenai Ahmadi yang terbunuh atau ditangkap karena masalah keyakinan, dan ia juga turut berduka untuk itu. Sebagai seorang propagandis hak asasi manusia, Nicholson menyimpulkan, bahwa serangan terhadap Ahmadiya adalah merupakan “kesalahan besar, kita akan berusaha mencari jalan keluarnya.”
Pesan yang disampaikan oleh Kalifah ke V Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad disampaikan pada pukul 19.45. Dalam pidatonya selama tiga puluh lima menit, beliau memberikan komentarnya terhadap hambatan dalam mencapai perdamaian abadi, krisis keuangan global, kegagalan dari PBB dan meningkatnya konflik di berbagai belahan dunia.

Beliau membuka pidatonya dengan menyampaikan bahwa kita sangat ‘menginginkan’ kedamaian, bahkan politisi sangat terbatas kemampuannya untuk mencapai perubahan yang meluas dan dapat dipertahankan. Beliau mengatakan:
“Walaupun kita memiliki keinginan untuk mencapai perdamaian, kita tidak memiliki kemampuan untuk mengukurnya. Namun demikian, walaupun kita mengharapkan perdamaian dunia, keterbatasan kita menghalangi kita untuk mencapainya”
Beliau menyebutkan bahwa beberapa orang dibatasi oleh kebijakan pemerintah atau partai politik. Yang lainya sebenarnya tidak dibatasi oleh kebijakan namun karena sifat mereka yang egois, mereka hanya mengurusi apa yang menjadi kepentingan mereka saja. Hal ini, katanya, adalah juga menjadi masalah di Timur dan Barat, di Utara dan Selatan. Keegoisan merupakan sifat yang terdapat diantara Muslim, Kristen, dan penganut agama lain ataupun yang tidak beragama.
Beliau juga kemudian menggambarkan bagaimana perdamaian dapat dicapai melalui cara Islam. Beliau mengutip ayat Al Quran yang berhubungan dengan kesabaran sebagai sifat moral yang utama. Beliau mengatakan bahwa sekitar 70 juta orang meninggal pada Perang Dunia ke 2 adalah rakyat sipil. Kalau saja, manusia mau belajar bersabar, pasti bencana dapat dihindari. Kesalahan yang sama sedang terulang lagi pada saat ini. Beliau berkata:
“Umat manusia harusnya belajar dari kesalahannya, sayangnya, saat ini manusia gagal untuk itu. Bahkan mereka yang menyebut dirinya Muslim, ternyata juga menumpahkan darah, dan juga mereka yang bekerja dengan alasan mempertahankan perdamaian… Sementara kita mencoba untuk menutup wajah kita, kita dipaksa untuk menyaksikan pemandangan mengerikan yang mengguncang manusia hingga ke batinnya.”
Berkomentar tentang PBB, beliau mengatakan, bahwa PBB adalah organisasi yang didirikan dengan prinsip dasarnya untuk membangun dan mempertahankan perdamaian dan keamanan diseluruh dunia. PBB telah gagal untuk mencapai tujuan tersebut karena kurangnya rasa keadilan dalam kaitannya dengan para negara anggota. Merujuk ke Jepang, sebagai contoh negara maju yang makmur, beliau mengatakan, walaupun di negara tersebut menganut asas keterbukaan, namun pada tingkatan individu, frustrasi dan keterbatasan bisa terasa. Mengenai PBB beliau melanjutkan:
“PBB dibentuk untuk menciptakan perdamaian, namun upayanya untuk membawa perdamaian pada Negara-negara yang bersengketa, tidak pernah mencapai keberhasilan sebagaimana seharusnya… PBB gagal untuk mempengaruhi Negara adikuasa dan karenanya instabilitas semakin meningkat. Kita tidak dapat menutup mata terhadap hal ini. Penyebab Perang Dunia adalah instabilitas dan perang-perang kecil."



Beliau menutup pesannya dengan menganalisis krisis financial yang sedang terjadi dan membandingkannya dengan Depresi Besar tahun 1929. Banyak persamaan antara krisis tahun 1929 dan krisis yang terjadi saat ini. Kedua krisis tersebut dimulai di AS dan pengaruhnya terasa sampai keseluruh dunia. Industri dipaksa untuk mengurangi produksinya di tahun 1929, dan itu juga terjadi sekarang. Pengurangan tersebut memiliki efek yang berat. Perdagangan di level internasional menurun, pada level domestik perusahaan-perusahaan gulung tikar atau menghadapi penurunan keuntungan yang cukup besar, dan pada level individu terjadi PHK dan mereka harus kehilangan rumah mereka.
Depresi Berat di tahun 1929 diikuti oleh Perang Dunia ke 2, dimana jutaan manusia tidak berdosa kehilangan hidup mereka. Beliau berkata bahwa setelah Depresi tersebut, apapun sumber kemakmuran yang tersedia kemudian dialihkan kepada beberapa pihak, yang menyebabkan pengkotak2an dan perselisihan. Selanjutnya konflik pada skala kecil muncul di Eropa dan Asia. Semua faktor inilah yang mengarahkan kepada terjadinya Perang Dunia ke 2.
Beliau mengingatkan bahwa saat ini dunia sedang mengarah pada jalan yang sama seperti dulu. Walaupun bank diberi bantuan, namun ratusan jutaan dolar digunakan untuk memberikan bonus pada kalangan elit. Konflik muncul di seluruh dunia, terutama di Timur Tengah, Asia Selatan dan Eropa Timur.




Beliau mengungkapkan harapannya agar dunia dapat belajar dari kesalahannya dimasa lalu dan menghindari perang di masa depan karena akibatnya akan sangat mengerikan dan dahsyat. Beliau berkata:
“Pemerintah, para pemilik modal dan PBB harus memahami tanggung jawab mereka. Mereka harus memenuhi kebutuhan terhadap keadilan dan memberi sesuai dengan hak masing-masing pihak. Mereka harus berfikir, membebaskan dan menemukan penyelesaian masalah berdasarkan rasa keadilan. Mereka harus menyingkirkan egoisme untuk mencapai perdamaian. Dan yang lebih penting, mereka harus memenuhi hak terhadap Pencipta mereka dan menghindari kemurkaanNya.”
Setelah pidato utama, para tamu menikmati hidangan makan malam dan berkesempatan untuk bertemu dengan Beliau. Banyak tamu berkomentar memuji mengenai kualitas pidatonya dan meminta doa darinya. Tamu lainnya mengatakan bahwa ia penganut Kristen dan ia berkomentar bahwa apabila ajaran Beliau diikuti, tentunya dunia akan berubah menjadi lebih baik. Acara tersebut ditutup dengan kesempatan pers dan media untuk bertemu dengan beliau. Diskusi yang terjadi selanjutnya mencakup beberapa masalah, terutama mengenai instabilitas politik dan sosial yang kini terjadi di Pakistan. (Damayanti Natalia)
Diterjemahkan dari: Alislam.org

Jumat, 01 Mei 2009

Islam

“ISLAM”, adalah sebuah nama yang diberikan oleh Allah kepada agama ini (Quran 5:4), kata Islam berasal dari kosakata Arab yang secara harfiah berarti ketaatan dan damai. ISLAM berasal dari akar kata "SALIMA": damai, kesucian, ketundukan dan ketaatan. Jadi 'Islam' itu berarti jalan orang-orang yang taat kepada Allah dan yang membuat perdamaian dengan Allah dan makhluk-Nya. Yang disebut Muslim.

Islam bukanlah sebuah agama baru. Pesan islam pada dasarnya adalah pesan yang sama dengan pesan dan bimbingan Allah yang telah diturunkan kepada semua nabi sebelum Nabi Muhammad shollallahu ‘alihi wa sallam.
Allah Taala berfirman di dalam Al-Quran: "Katakanlah,` Kami beriman kepada ALLAH dan apa yang telah diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim dan Ismail dan Ishak dan Yakub dan keturunannya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa dan sekalian nabi dari Tuhan mereka . Dan kepadanya kami menyerahkan diri." (Qur'an 3-84)

Berbelas kasihlah kepada sesama

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad :

"Berbelas-kasihlah kepada sesama hamba-Nya. Janganlah berbuat aniaya terhadap mereka, baik dengan mulutmu atau dengan tanganmu, maupun dengan cara-cara lain.

Hendaklah kamu selamanya berusaha menyampaikan kebaikan bagi sesama makhluk. Janganlah berlaku sombong terhadap siapa pun, sekalipun terhadap bawahanmu juga. Janganlah mencaci-maki orang lain, sekalipun ia mencaci-makimu. Hendaklah bersikap merendah-rendah, lemah-lembut, berkeniatan suci, kasih sayang terhadap sesama makhluk sehingga kamu dihargai Allah".


Jumat, 28 November 2008

Syi'ar Islam di Parlemen Inggris


Khilafat Centenary celebrations continue as UK Member of Parliament hosts celebratory event at Westminster

In an historic event at the Houses of Parliament, the Head of the Ahmadiyya Muslim Jamaat, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad was yesterday invited to address a number of senior members of Government, Parliamentarians and Ambassadors as Justine Greening MP, hosted a reception in celebration of the Khilafat Centenary, which is the system of spiritual leadership that unites Ahmadi Muslims around the world.

The event was attended by over 30 MPs including Rt Hon Hazel Blears MP, Secretary of State for Communities & Local Government; Dominic Grieve MP, the Shadow Home Secretary; Simon Hughes MP, the President of the Liberal Democrats; Gillian Merron MP, the Foreign Office Minister and Lord Eric Avebury who gave the vote of thanks. The event was sponsored by Justine Greening MP, in whose constituency the first Ahmadi Mosque built in the UK, the ?Fazl Mosque?, is based.



During her welcome address, Justine Greening MP, spoke of how the Fazl Mosque had played a key and vital role in the local community ever since it was built back in 1924. She said that it was indeed a privilege for her that the Headquarters of the Jamaat was based in her constituency. Her comments were echoed by Gillian Merron MP, the newly appointed Foreign Office Minister. She said it was a great honour to meet with the Head of the Jamaat and to be able to mark the Centenary of Khilafat. She said that the work of the Jamaat was crucial because it ?gave a voice to those who are marginalized. Commenting upon the continued persecution of Ahmadi Muslims in various countries she singled out Pakistan and Indonesia as countries where the situation appeared to be worsening. She said that the Foreign Office was
committed to effecting the safeguarding of Human Rights in all countries.

Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, the Head of the Ahmadiyya Muslim Jamaat, used his address to speak about a number of contemporary issues that were affecting the peace of society both in the UK and the world at large. He also spoke about the role of the Ahmadiyya Muslim Jamaat which he said was as the ?standard bearer and true representative of Islam?. He said members of the Jamaat who lived in the UK were all completely loyal to the country because this was the teaching of the Founder of Islam, the Holy Prophet Muhammad (peace be upon him).

His Holiness began his address by speaking of the great conflict that divided the world today. Wars were being fought in different parts of the world. He worried of even greater problems. He said:

?It is my fear that in view of the direction in which things are moving today, the political and economic dynamics of the countries of the world may lead to world war? Therefore, it is the duty of the superpowers to sit down and find a solution to save humanity from the brink of disaster.?

He said that the only way to avert further hostilities and disputes was for all Governments to act justly with their own people and in their dealings with other countries. He congratulated the British Government for having shown such qualities of fairness in its recent history. He cited its rule of pre‐partition India as an example of its quality of fairness. Only if similar policies were adopted throughout the world could catastrophe be averted.

Turning towards ?terrorism? he said that no form of terror or violence was sanctioned in Islam and thus those who justified their heinous acts in its name were causing for the world to be distrustful and even hateful of the religion of Islam. As a consequence of this hate, certain non‐Muslim groups or individuals had taken it upon themselves to attack Islam by defaming the character of the Holy Prophet Muhammad (peace be upon him) and the Holy Qur?an. Such acts he stated could never be right and that a mutual respect for all religions and beliefs was necessary for true peace to emerge.

His Holiness then discussed crime in society. He said Islam?s true teachings were to try and reform those who had done wrong. Revenge and retribution ought never to enter into the equation when debating the punishment of criminals or prisoners of war. Crime also had to be fought at its root cause which was the development of an unjust society. Thus countries had to be free to develop and cultivate their own natural resources without the fear of other more powerful nations exploiting them and this was just as true at an individual level. This was the way forward. He said:

?Those countries that have been endowed with mineral resources should be allowed to develop and trade at fair prices and under open skies and one country should benefit from the resources of the other country. So, this would be the right way, the way that is preferred by God Almighty.?

Finally, His Holiness spoke of the current economic crisis that engulfed the entire world. He said the ?credit crunch? ought to be taken as a warning that the western system of interest based capitalism was wholly incompatible with a fair and just society. He said that though interest could appear to increase a person?s capital, in the long term this was never true.Following the keynote address of His Holiness various other MPs took to the stage. Hazel Blears MP spoke of how she had greatly admired the keynote address which she had found to be ?pertinent, contemporary and challenging?. She said that the speech that had just been delivered was the type of speech that was rarely delivered by politicians because it was so cogent and clear to the point. The Jamaat?s message of ?Love for All, Hatred for None? was as important as it was simple because it was a message that led to unity rather than division. She further mentioned how she brought with her the best wishes of the Prime Minister, Gordon Brown who had personally sent her to attend the event.

A regular at events hosted by the Ahmadiyya Muslim Jamaat, Dominic Grieve MP, said he took great pleasure at finally being able to host the Jamaat. He praised the Jamaat for its ?wonderful contribution in all aspects of life? which he said was due to its policy of integration rather than exclusion. He too said that he took great pride in the fact that the Headquarters of the Ahmadiyya Muslim Jamaat were in London. Simon Hughes MP said that the plight of the Jamaat in various countries illustrated the point that religious freedom had not yet been achieved and that the Government had to work towards bringing about such freedoms in all countries.

The event was concluded by a vote of thanks given by Lord Eric Avebury who spoke of how the keynote address had ?underlined the moral dimension that we must all follow?. This His Holiness had done by speaking of both conflict prevention and conflict solution. Lord Avebury then spoke of the continued persecution of Ahmadis in Pakistan and said that organizations such as Khatme‐Nabuwat perpetrated hatred against Ahmadis in such a way that people here in the UK could never understand. He concluded by thanking His Holiness for his ?wise words of wisdom?.

Following the event Hadhrat Mirza Masroor Ahmad was given a guided tour of the Houses of Parliament and held private audiences with Nick Clegg MP, the Leader of the Liberal Democrats and Lord Bishop Nazir Ali.