Rasulullah Sang Penegak Tauhid Sejati
Allah telah membangkitkan Rasulullah saw di dunia untuk menegakkan tauhid-Nya yang murni. Mulai dari sejak kecil sedemikian rupa dari sisi-Nya Dia telah siapkan sehingga qalbu beliau Dia telah jadikan bersih, suci dan cemerlang. Mulai dari sejak kecil Dia telah menyemaikan di dalam diri beliau benih kecintaan kepada diri-Nya dan kebencian terhadap syirik.
Bahkan sebelum kelahiran beliau Dia telah memberitahukan kepada ibunda beliau prihal nur/cahaya yang akan tersebar ke seluruh dunia. Kemudian dunia menyaksikan bahwa bagaimana ru'ya yang ibunda Aminah telah saksikan itu telah menjadi terbukti kebenarannya.
Syariat sempurna Allah turun pada beliau tepat waktunya. Dan nur itu telah tersebar ke segenap penjuru di dunia. Sebuah gejolak kecintaan kepada Tuhan Yang Esa-lah yang telah merampas tidur nyenyak malam-malam beliau dan telah merampas ketenangan dan ketenteraman hari-hari beliau. Jika keresahan itu ada dalam diri beliau maka itu hanya satu, yaitu bagaimana dunia mulai menyembah Tuhan yang Esa, mulai mengenal akan Tuhan yang menciptakan mereka. Untuk menyampaikan amanat itu beliau harus menahan berbagai macam kesusahan dan menghadapi berbagai macam penderitaan. Tetapi kesusahan dan penderitaan tidak dapat mencegah beliau untuk beribadah dan menahan beliau untuk menyampaikan amanat Tuhan yang Esa.
Tugas untuk menjadikan orang-orang menjadi supaya beribadah kepada Allah yang Allah telah serahkan kepada beliau, itu sesudah turun perintah-perintah (Allah) kepada beliau, jelas beliau pasti akan kerjakan. tetapi, dari sejarah kita melihat bahwaa hati beliau dari sejak masih kanak-kanak telah bersih dari kemusyrikan dan telah menjadi kalbu yang tunduk kepada Tuhan yang Esa. Tuhan dari sejak kecil telah memurnikan hati itu untuk-Nya. Kapan saja pada saat masih masa kanak-kanak akibat tekanan siapapun yang besar dari antara mereka harus pergi ke acara yang berbau kemusyrikan maka Allah sendiri yang meyiapkan sarana untuk mencegah beliau dari itu, Allah sendiri yang menciptakan sarana untuk perlindungan beliau.
Terkait dengan ini, dalam buku sejarah tertera sebuah riwayat bahwa Ummu Aiman meriwayatkan bahwa " Bawwaanah" adalah merupakan tempat penyembahan berhala dimana orang-orang Quraisy biasa hadir disana dan mereka sangat memuliakannya dan mereka memberikan pengurbanan - pengurbanan disana, mencukur rambut dan dalam setahun mereka melakukan i'tikaf sehari sampai malam. Abu Talib juga dengan kaum beliau biasa berkunjung kesana dan kepada Rasulullah saw juga beliau katakan untuk pergi bersama-sama ( pada saat beliau masih kanak-kanak ) tetapi beliau (saw) menolak untuk pergi. Ummu Aiman menuturkan bahwa saya melihat Abu Talib dan bibi-bibi beliau pada satu kali sangat marah pada beliau dan mereka mengatakan," Kamu ini menghindar dari sembahan-sembahan kami, karena itu kami senantiasa khawatir berkenaan dengan dirimu dan mereka mengatakan, hai Muhammad ! (saw) apa yang engkau inginkan, kenapa engkau tidak hadir bersama kaummu dan kenapa kamu tidak berkumpul untuk itu? ". Akibat tekanan mereka yang terus menerus pada suatu saat beliau pergi, tetapi sebagaimana yang Allah kehendaki beliau kembali dari sana dalam keadaan sangat resah dan ketakutan. Maka kerabat dan famili beliau menanyakan pada beliau bahwa apa yang telah tearjadi. Beliau menjawab bahwa saya takut kalau syaitan menjamah saya. Maka mereka mengatakan bahwa Allah tidak akan menjerumuskan engkau dalam khayalan –khayalan syaitan dalam keadaan mana di dalam dirimu terdapat kebiasaan-kebiasaan yang baik. Apa yang engkau lihat, apa yang menyebabkan engkau merasa ketakutan ? Beliau bersabda bahwa begitu saya masuk mendekati sebuah patung maka seorang yang tinggi besar menjelma di hadapan saya dan mengatakan, hai Muhammad ! berhenti, jangan menyentuh itu. Ummu Aiman mengatakan, kemudian mereka pun tidak lagi menyuruh beliau untuk pergi hadir disana hingga beliau dianugerahi pangkat kenabian.( Siiratul halbiyyah jilid awwal bab ma hafidhahullah taala bihi fi shigarihi min ummihil jaahiliyyah ) Jadi, inilah persiapan-persiapan yang dengan perantaraan itu Allah melindungi hati yang bersih dan murni itu.
Tauhid di masa muda rasulullah saw
Kemudian, perhatikanlah masa muda beliau, bagaimana beliau biasa pergi ke sebuah goa untuk melakukan ibadah pada Tuhan yang Esa. Beliau melewati sampai beberapa hari di goa Hira. Dalam kesendiriannya beliau melakukan percakapan rahasia dengan Tuhan beliau dan melakukan ibadah pada-Nya. Melihat ini kaum beliau pun mengatakan bahwa Muhammad jatuh cinta pada Tuhan-nya.
Dalam kaitan ini Mirza Ghulam Ahmad mengatakan: " Rasulullah saw menjadi pecinta satu Wujud itu dan telah menjadi gila pada-Nya. Hasilnya dia mendapatkan yang tidak pernah didapatkan oleh siapapun di dunia. Beliau sedemikian rupa cintanya kepada Tuhan sehingga orang-awam pun mengatakan
عشق محمد على ربه –'asyiqa muhammadun 'ala rabbihi -Muhammad saw telah jatuh cinta pada Rabb-nya.
Kemudian perhatikanlah pada masa muda beliau satu contoh kebencian beliau pada berhala. Tatkala Rasulullah bersama Abu Talib berjumpa dengan seorang pendeta - Buhairah- pada saat perjalanan ke Syam, maka dia menanyakan, hai putra ningrat ! Saya menanyakan kepada engkau atas nama Lat dan Uzza, berilah jawaban kepada saya. Buhairah menanyakan menyebut nama berhala-berhala itu sebab inilah cara untuk menanyakan kepada orang-orang Quraisy ( Lat dan Uzza adalah berhala mereka yang paling besar) Maka Rasulullah saw dalam memberikan jawaban berkata bahwa janganlah menanyakan kepada saya dengan menyebut nama-nama berhala-berhala itu sebab saya sangat benci kepada keduanya. Sesudah itu Buhairah melanjutkan pembicaraannya dengan menyebut nama Allah. (Assiratunnabawiyyah liibni HisyamAl-ma'ruf sirat Ibni Hisyam Kisah Buhairi hal.145)
Kemudian tertera sebuah riwayat yang dari itu menjadi jelas kebencian beliau pada berhala, yang hanya dan hanya merupakan sebuah ungkapan beliau tetap hamba Allah. Kisahnya adalah demikian. Ibnu Umar r.a meriwayatkan bahwa sebelum turun wahyu kepada beliau beliau berjumpa dengan Zaid bin Umar. Maka makanan dihidangkan di hadapan Rasulullah saw. Beliau menolak untuk makan dari itu. Kemudian beliau mengatakan bahwa saya bukanlah orang yang makan dari apa yang kamu sembelih atas nama berhala. Dan saya tidak makan kecuali yang disembelih atas nama Allah (Bukhari kitabul manaaqib bab hadiitsu Zaidibni Umar bin Naqil) . Beliau menolak untuk mamakannya dan beliau bersabda bahwa saya bukanlah orang yang memakan yang kamu sembelih atas nama berhala. Jadi inilah hati yang di dalamnya tidak ada yang lain kecuali hanya cinta kepada Tuhan.
Tauhid di masa Masa kenabian Rasulullah
Kemudian tatkala zaman kenabian mulai maka sebuah dunia menyaksikan pemandangan دَنَا فَتَدَلَّى-danaa fatadalla (Kemudian dia dekat, maka Allah menjadi dekat padanya) dengan syarat ada mata untuk melihat. Setiap hari yang terbit dan beranjak naik menampakkan permisalan dua orang yang saling mencintai, yakni menampakkan pertanda Allah dan Muhammad saw menjadi tambah lebih dekat. Sebagaimana paman beliau, ketika karena rasa takut pada orang-orang kafir Mekah beliau berusaha mencegah beliau untuk menyebarkan amanat Allah. Maka pecinta sejati Rasulullah saw itu betapa indah jawaban yang dia berikan, inilah kisahnya yang didapatkan.
Ibnu Ishak meriwayatkan," Dan selain itu banyak lagi orang-orang yang berada disana, semua itu datang kepada Abu Talib dan mengatakan hai Abu Talib ! Atau engkau melarang keponakan Engkau ( Muhammad saw) supaya dia jangan mejelek-jelekkan berhala-berhala kami dan janganlah menyatakan nenek moyang kami jahil dan sesat. Kalau tidak berilah izin kepada kami untuk menuntut balas sendiri dari dia, sebab dalam memusuhinya kamupun ikut beserta kami, yakni kamupun seperti kami tidak menjadi orang Islam. OIeh karena itu kamu janganlah menjadi penghalang di antara kami dan dia.
Abu Talib dengan sangat sopan santun memberikan jawaban pada mereka dan melepaskan mereka dengan penuh rasa senang hati. Dan Rasulullah saw seperti itulah terus memproklamirkan agama beliau, kendati kepada beliau telah diperingatkan. Kebencian Quraisy pada Rasulullah saw itu dari waktu ke waktu terus bertambah membara sehingga untuk kedua kali mereka kembali pergi kepada Abu Talib dan mereka mengatakan: Hai Abu Talib ! kamu adalah seorang yang mulia dan lanjut usia, dan kami menganggap kamu sebagai seorang yang terpandang. Kami telah memohon kepadamu untuk melarang keponakanmu itu , tetapi kamu tidak melarangnya. Demi Tuhan, kami tidak dapat bersabar atas perkara berhala-berhala kami dan nenek moyang kami dikatakan dengan kata-kata yang kasar. Atau kamu sendiri yang menyingkirkan hal itu atau prilakunya itu, kalau tidak kami mengatakan kepadamu bahwa dari antara kedua belah pihak pasti salah satu pihak ada yang akan binasa. Setelah mengatakan itu mereka kemudian pergi.
Abu Talib sangat cemas akan kebencian dan pengucilan kaumnya itu dan karena sebab-sebab itulah beliau terpaksa tidak dapat beriman kepada beliau dan tidak pula dapat menarik diri untuk tidak menolong beliau saw. Beliau tidak disini dan tidak pula disana. Maka Ibnu Ishak mangatakan: Tatkala orang Quraisy mengadukan kepada Abu Talib, maka Abu Talib membawa pesan ini kepada Rasulullah saw bahwa, hai keponakanku ! Kaummu datang kepada saya untuk menyampaikan begitu banyak keberatan-keberatan mereka. Maka saya menganggap bahwa kamu janganlah berbicara tentang sesuatu yang akan menghacurkan jiwamu dan jiwaku dan janganlah kamu menyakiti saya dengan pekerjaan yang sedemikian rupa yang aku tidak mampu untuk memikulnya. Perawi mengatakan bahwa Rasulullah saw menyangka bahwa kini paman saya tidak dapat menolong saya dan beliau saw memberikan jawaban padanya bahwa, hai pamanku ! jika orang-orang ini meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku maka saya tetap tidak akan meninggalkan pekerjaan itu sehingga Allah menyempurnakan hal itu atau saya sendiri yang binasa di dalamnya. Kemudian air mata Rasulullah saw bercucuran, lalu Abu Talib memanggil beliau seraya berkata, hai keponakanku ! datanglah kemari.. Rasulullah saw mendekati beliau, lalu dia berkata, lihatlah, apa yang kamu ingin lakukan lakukanlah, saya sama sekali tidak akan meninggalkan engkau dan (jika ada sesuatu yang terjadi dengan dirimu) saya akan menuntut balas dari semuanya. (Sirat Ibni Hisyam ,jilid I hal.169 Maktabah darul ulum Edisi Baru)
Terkait dengan peristiwa itu Mirza Ghulam Ahmad menceriterakan: "Tatkala ayat-ayat ini turun bahwa orang-orang musyrik itu adalah rijsun, kotor,شرالبريه -sejahat-jahat makhluk, orang-orang bodoh, anak-anak syaitan. sembahan mereka adalah وقودالنار -bahan bakar neraka dan حصب جهنم-hashabu jahannam –bahan bakar neraka Jahannam, maka Abu Talibmemanggil Rasulullah saw seraya berkata, hai keponakanku ! dengan cercaanmu itu kaummu menjadi sangat marah sehingga mereka ingin membunuhmu dan bersama itu sayapun akan mereka jadikan sasaran. Engkau telah mengatakan orang-orang bijak mereka orang-orang bodoh dan sesepuh sesepuh mereka kamu katakan sebagai شرالبريه seburuk-buruk makhluk dan engkau memberi nama sembahan-sembahan mereka yang mereka hormati sebagai وقودالنار bahan bakar neraka dan bahan bakar neraka Jahannam". Yakni bahan bakar api neraka. Dan " kepada semuanya engkau nyatakan sebagai anak-anak syaitan dan sesuatu yang kotor. Saya meanyatakan kepadamu dengan rasa simpati bahwa tahanlah lidahmu dan berhentilah kamu dari melakukan cercaan itu, kalau tidak, saya tidak mempunyai kekuatan untuk menghadapi kaum kita. Rasulullah saw dalam memberikan jawaban berkata ," Hai pamanku ! ini bukanlah mencerca tetapi ini adalah ungkapan kenyataan dan merupakan sebuah keterangan atas perkara yang sebenarnya dan inilah tugas yang untuk itu saya telah dikirim oelh Allah. Jika saya harus menghadapai kematian demi untuk itu maka saya dengan senang hati akan menerima kematian itu untuk diri saya. Kehidupan saya ini telah diwakafkan di jalan ini. Saya tidak bisa berhenti dari mengungkapkan kebenaran karena takut mati. Hai paman ! jika paman terasa akan kelemahan paman dan kesulitan paman maka lepaskanlah diri paman dari memberikan perlindungan terhadap diri saya. Demi Allah, saya sedikitpun sama sekali tidak memerlukan paman, saya tidak akan pernah berhenti untuk menyampaikan amanat-amanat atau hukum-hukum Allah. Saya lebih mencintai hukum-hukum Tuhan-ku dari jiwaku. Demi Allah, jika saya terbunuh di jalan ini maka saya menginginkan bahwa saya hidup lalu saya terus mati berkali-kali di jalan ini. Bagi saya ini bukanlah merupakan hal yang menakutkan bahkan justru saya merasakan kelezatan yang tidak terhingga di dalamnya, yakni saya menikmati menjalani penderitaan di jalannya. Rasulullah saw tengah menyampaikan ceramah ini sementara wajah beliau penuh dengan nur keruhanian dan kekhusyukan beliau menjadi bertambah kentara di wajah beliau. Dan tatkala Rasulullah menyelesaikan ceramah beliau ini maka dengan melihat cahaya kebenaran itu serta merta air mata Abu Talib menjadi bercucuran seraya berkata bahwa saya tadinya tidak mengetahui prihal kondisimu yang sedemikian luhur itu. Engkau sungguh dalam warna yang lain dan keagungan yang berbeda. Pergi dan teruslah sibuk dalam tugasmu, selama saya hidup, sejauh kemampuan saya, saya akan terus membantumu.
Jadi inilah martabat fana Rasulullah saw dalam kencintaan kepada Allah swt. Kini orang-orang duniawi melontarkan kritikan bahwa beliau –nauzubillah- menghendaki kemegahan dunia yang karenanya beliau melakukan semua ini. Bahkan semua keberatan ini adalah mulai dari sejak itu , yakni dari sejak kebangkitan beliau. Kemudian tidak hanya ini , mereka mengatakan kata-kata yang keras dan kasar dan mereka memberikan ancaman bahwa beliau harus menyudahi missi beliau bahkan dalam menimpakan kesusahan-kesusahan pun mereka menempuh berbagai macam cara, yang peristiwanya tidak terhitung jumlahnya, tetapi kendati demikian orang-orang kafir tidak dapat mengurangi ari hati kecintaan beliau kepada Allah.
Demikian juga ada sebuah peristiwa dalam sebuah riwayat bahwa Abdullah bin Umar bin As r.a meriwayatkan bahwa pada suatu kali saya ada pada saat orang-orang besar Quraisy berada di Kakbah di dekat Hajarulaswad. Mereka mulai membicarakan Rasulullah saw seraya berkata bahwa sebagaimana kita bersabar berkait dengan orang itu seperti itu kita tidak pernah lakukan untuk siapapun. Dia ini menjelek –jelekkan nenek moyang kita dan agama kita. Kita telah banyak bersabar akan hal itu. Pada saat orang-orang ini tengah membicarakan hal ini maka tiba-tiba Rasulullah saw datang lalu beliau sibuk dalam melakukan tawaf dan pada saat beliau tengah melakukan tawaf dan lewat dari dekat mereka maka orang-orang kafir berbisik-bisik mengenai diri beliau. Sesuai dengan itu ada tiga kali pernah terjadi seperti itu dan di wajah Rasulullah saw terlihat rasa duka dan kesedihan dan pada kali yang ketiga tatkala mereka berbisik-bisik beliau berdiri seraya bersabda: “Hai orang-orang Quraisy ! demi Allah yang jiwaku terletak di tangan kekuasaan-Nya, saya datang membawa kehancuran bagi orang-orang yang seperti kalian. Abdullah bin Umar mengatakan," Sedemikian rupa pengaruh perkataan Rasulullah saw itu sehingga orang-orang Quraisy menjadi terkesima dan orang yang begitu paling belak-belakan bicara di tengah-tengah mereka menjadi berubah mulai berbicara dengan lembut kepada Rasulullah saw bahwa silahkan Tuan pergi. Kemudian beliau saw telah pergi.
Kemudian pada hari yang kedua mereka itu berkumpul dan dari semua arah mereka menyerang beliau sambil mengatakan kepada beliau bahwa kamu ini wahai Muhammad mecela berhala-berhala kami dan menjelek-jelakkan agama kami. Rasululah saw bersabda: Ya, inilah yang saya katakan. Abdullah bin Umar mengatakan bahwa saya melihat seorang memegang selimut Rasulullah saw. Begitu melihat itu Abu Bakar berdiri menangis sambil berkata kepada orang-orang Quraisy, apakah kalian ingin membunuh orang yang mengatakan bahwa Rabb saya adalah Allah. Baru orang-orang Quraisy pergi meninggalkan beliau. Perawi mengatakan bahwa peristiwa perlakuan buruk orang-orang Quraisy ini saya lihat langsung dengan mata kepala saya sendiri. (Assiratunnabawawiyyah li ibni Hisyam almakruf sirat Ibni Hisyam dzikru ma laqiya Rasulullah saw hal. 217-218 )
Seperti itu banyak lagi peristiwa-peristiwa lain, peristiwa-pristiwa yang penuh dengan marabahaya. Dilancarkan rencana-rencana jahat untuk menghabiskan beliau dan orang yang mengimani beliau. Tetapi Allah yang telah memutuskan untuk menciptakan kelahiran beliau dari sejak kelahiran Adam, dan yang dengan perantaraan kekasih-Nya yang dikasihi ini Dia telah memutuskan untuk menyampaikan amanat-Nya ke seluruh penjuru dunia dan yang sesuai dengan janji-janji-Nya akan melindungi beliau, maka sesuai dengan itu Dia senantiasa terus menurunkan malaikat-malaikat-Nya yang menyiapkan sarana perlindungan kepada beliau untuk menolong beliau pada saat –saat sulit.
Sebagaimana dalam riwayat-riwayat tertera sebuah pristiwa: "Setelah berbicara dengan para pemuka Quraisy Rasulullah saw kemudian pergi dan Abu Jahal berkata ," hai Quraisy apakah kalian melihat bahwa Muhammad tidak ada kata-kata kita yang mau diikutinya dan tidak berhenti memburuk-burukkan sesepuh-sesepuh dan agama kita. Jadi, saya berjanji kepada Tuhan bahwa besok saya akan datang dengan membawa batu besar dan pada saat Muhammad melakukan sujud, saya akan menindih kepalanya. Kalian berilah perlindungan kepada saya. Sesudahnya apa yang Bani Abdi Manaf ingin lakukan mereka dapat silahkan mereka lakukan, yakni dari keluarga Rasulullah saw. Quraisy mengatakan bahwa demi Tuhan kami akan melindungi kamu dan apa yang kamu dapat lakukan lakukanlah itu. Maka tatkala pagi hari tiba, Abu Jahal datang membawa sebuah batu besar lalu duduk menunggu Rasulullah saw yang akan melakukan shalat. Rasulullah saw pun sebagaimana kebiasaan beliau, beliau masuk ke Masjidil haram. Oleh sebab pada hari-hari itu kiblah adalah menghadap ke Baitul-Muqaddis maka beliau sibuk dalam melakukan shalat diantara Hajarul aswad dan Rukun Yamani. Orang-orang Quraisy berbaring di tempatnya masing-masing tengah menunggu jasa Abu Jahal . Maka pada saat beliau tengah melakukan sujud, Abu jahal beranjak membawa batu untuk memindih kepada Rasulullah saw , maka tatkala sampai di dekat beliau maka dari sana dia mundur ke belakang hingga batu jatuh dari tangannya dan dia dalam kondisi yang sangat buruk dan dalam keadaan sangat ketakutan dia kembali kepada kaumnya. Orang-orang pun berlari-larian kepadanya dan menanyakan apa gerangan yang telah terjadi dengan Abulhakam ? Dia menuturkan kisahnya bahwa pada saat saya berangkat membawa batu kepadanya untuk menyempurnakan pekerjaan yang telah saya janjikan kepada kalian, maka apa yang saya lihat, ternyata saya melihat seekor unta besar mengerikan dan ingin menerkam dan memakan saya. Oleh karena itu saya segera mundur kebelakang, kalau tidak tadinya saya sulit untuk menghindarkan diri saya. (Assiratunnbawiyyah liibni Hisyam Almakruf sirat Ibni Hisyam hal.222)
Jadi, perhatikanlah bagaimana Allah melindungi kekasih-Nya . Tetapi bagi seorang yang hatinya mengeras seperti batu untuk sementara waktu dengan melihat tanda ini dia menjadi ketakutan, tetapi pencikan iman tidak menerpanya. Inilah kondisi Abu jahal. Kemudian tatkala untuk memisahkan kekasih dengan yang dikasihi segala macam cara dan kekerasan-kekerasan tidak dapat ampuh maka terfikir oleh mereka bahwa kita iming-imingi dia dengan harta benda duniawi lalu kita lihat, secara langsung kita bicara dengannya lalu kita lihat. Tetapi orang-orang tuna akal itu apa yang mereka dapat ketahui bahwa seorang yang telah terperangkap dalam perangkap kecintaan pada Allah dan martabat pun merupakan martabat yang Rasulullah saw telah capai, maka apa hubungannya dengan iming-iming harta benda dunia itu. Sesuai dengan itu peristiwa tentang iming-iming atau penawaran dunia ini tertera dalam sejarah seperti ini.
Ibni Ishak meriwayatkan bahwa manakala Islam dari hari ke hari mulai meraih kemajuan sedangkan dari pihak orang-orang Quraisy sedapat mungkin mereka mencegah orang-orang untuk menerima Islam dan mereka menimpakan berbagai macam kesulitan dan penderitaan. Sejumlah orang mereka penjarakan di dalam rumah mereka. Ibni Abbas meriwayatkan bahwa pada suatu hari setiap pemimpin suku Quraisy berkumpul untuk berdialog dengan Rasulullah saw yang namanya adalah sbb: Utbah, Syaibah,Abu Sufyan, Nadhar bin Haris Albakhtari / Abul bakhtari… Abu Jahal bin Hisyam, Abdullah bin Abi Umayyah 'As bin Abi Wail, Umayyah bin Halaf dll semua ini setelah matahari terbenam berkumpul di belakang teras Kakbah dan seorang berkata kepada yang lainya bahwa suruhlah panggil seseorang untuk berbicara dengan Muhammad (saw) dan berdialoglah sedemikian rupa sehingga dia menjadi tidak berdaya.
Kemudian mereka mengirim seorang kepada Rasulullah saw. Beliau setelah mendengar amanat ini menganggap bahwa mungkin mereka mempunyai keinginan untuk mengikuti jalan yang lurus. Sebab, beliau sangat ingin mereka menerima Islam. Maka beliau dengan cepat pergi ke pertemuan itu. Semuanya dengan sepakat mengatakan kepada beliau bahwa hai Muhammad (saw ) ! kami memanggil Tuan untuk melakukan pembicaran, sebab demi Tuhan, kami dari orang Arab siapapun kami tidak dapat ketahui yang sedemikian rupa menjerumuskan kaumnya dalam kesulitan sebagaimana halnya Tuan telah lakukan (terhadap kami). Tuan ini memburuk-burukkan nenek moyang kami dan mencela sembahan-sembahan kami, mencerai beraikan jamaah kami, tidak ada suatu kerusakan yang Tuan tidak pikulkan kepada kami. Jika tujuanmu adalah untuk mengumpulkan harta maka kami akan menyerahkan harta kami kepadamu sedemikian rupa sehingga Tuan akan meanjadi orang yang terkaya diantara kami. Dan jika ingin menjadi pimpinan, maka kami akan menjadikan Tuan sebagai pemimpin kami. Jika Tuan ingin menjadi raja maka kami akan menjadikan Tuan sebagai Raja. Dan untuk Jin atau siluman yang datang kepada Tuan untuk mengobatinya kami siap untuk membelanjakan semua harta kami kepada Tuan.
Rasulullah saw bersabda: Seberapa banyak pembicaraan yang kalian lakukan itu satupun tidak ada didalam diri saya. Saya tidak mengingikan harta, tidak menginginakan kemuliaan dan tidak menginginkan kerajaan. Saya telah dikirim oleh Allah sebagai Rasul dan Dia telah menurunkan kitab-Nya kepada saya dan telah memerintahkan bahwa saya adalah sebagai pemberi ingat dan pemberi habar suka bagi kalian. Saya memberikan kabar suka dan memberikan peringatan juga. Jadi saya telah menyampaikan amanat Tuhan kepada kalian. Jika kalian menerimanya maka di dalam itu adalah faedah untuk diri kalian sendiri. Dan jika kalian tidak menerimanya maka sabarlah kalian sampai pada saat itu dan sayapun juga akan bersabar hingga Tuhan memberikan keputusan diantara saya dan kalian. (Assiratunnbawiyyah liibni Hisyam Almakruf sirat Ibni Hisyam hal.220-221)
Beliau Rasulullah saw yakin dan sepenuhnya yakin bahwa beliau adalah Nabi Allah yang benar dan keputusan akhir Allah benar-benar beliau ketahui bahwa itu pasti akan memihak saya. Jadi beliau (Rasulullah saw) bersabda, hai orang-orang kafir! Kalian akibat tidak ada rasa malu, kalian tidak dapat bergeser dari agama kalian yang palsu. Di dalam surah ( يَاأَيُّهَا الْكَافِرُونَ ) semua perkara ini diterangkan. Maka, saya yang sebagai nabi Allah bagaimana saya akan dapat berhenti untuk menyampaikan amanat Allah yang Allah telah perintahkan kepada saya. Bagaimana saya bisa berhenti beribadah kepada Tuhan yang setiap hari terus memperlihatkan tanda-tanda-Nya yang baru kepada saya, yang mana Dia sendiri yang berdiri untuk menandingi kalian dari pihak saya. Kalian silahkanlah lakukan terus perlawanan kepada saya, jangan lagi ada tersisa upaya-upaya untuk menyakiti saya, tetapi ingatlah bahwa sayalah yang akan menang. Kepada kalian inilah jawaban yang Allah telah ajarkan kepada saya bahwa kalian tetaplah dalam agama kalian dan saya akan tetap dalam agama saya.
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ Tapi ingatlah bahwa ini sudah merupakan ketetapan, takdir Allah telah memberikan keputusan,Tuhan saya telah mengambil keputusan, yakni Tuhan yang Maha mengetahui yang hadir dan yang gaib dan mengetahui yang akan datang, Tuhan yang terus menerus menzahirkan kecintaan-Nya kepada saya,Takdir Tuhan itu kini adalah bahwa agama Tuhan yang Esa itulah yang akan meraih kemenangan dan era kalian akan berakhir. Jadi jawaban ini Allah telah suruh ucapkan dari lidah orang yang mencintai-Nya dan kepada orang yang Dia cintai.
Kecintaan kepada Allah
Kecintaan Rasulullah saw kepada zat Allah dan antusiasme beliau untuk menegakkan ke-Esaan Tuhan di muka bumi dan yang untuk itu beliau telah berupaya, itu tidak ada yang dapat menghadapinya. Tetapi jika kapan saja berkenaan Zat itu, berkenaan dengan Zat Allah swt beliau mendengar kalimat yang luhur dan baik maka beliau senantiasa memberikan pujian.
Tertera dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Hadhrat Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw (karena senang, sebagai pujian beliau mengutip syair seraya ) bersabda: Perkara yang paling benar yang seorang penyair pernah katakan adalah penggalan syair Labid : Dengarlah, selain Allah segala sesuatunya adalah batil dan akan musnah" (Bukhari kitabul manaqib alanshar bab ayyamuljaahiliyyah)
Kemudian kecintaan kepada Allah dan gairat akan nama-Nya sampai sejauh mana ada dalam diri beliau sehingga beliau siap untuk meanggung kerugian, tetapi beliau tidak bisa menerima apabila tuntutan gairat Allah tidak dipenuhi.
Sebagaimana tertera dalam sebuah riwayat . Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa pada saat Rasulullah saw tengah pergi menuju perang Badar, pada saat Islam dalam keadaan yang sangat lemah. Dan sebelum tiba di Badar seorang hadir di sebuah tempat dan orang tersebut terkenal dengan keberanian dan kepiawaiannya dalam berperang. Para sahabah menjadi sangat gembira begitu melihatnya. Dia menawarkan diri kepada Rasulullah saw bahwa saya ikut berperang dengan Tuan dengan syarat saya pun diberikan bagian dari harta rampasan perang. Beliau bertanya apakah kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia menjawab, tidak. Beliau bersabda kalau begitu kamu boleh meninggalkan tempat ini. Saya tidak ingin meminta bantuan dari seorang yang musyrik. Beberapa lama kemudian setelah hadir dia kembali memohon seperti ini. Maka jawaban inilah yang beliau berikan. Dia datang untuk ketiga kalinya dan bertanya bahwa ikutkanlah saya juga dalam lasykar ini. Kemudian beliau bertanya apakah kamu berikan kepada Allah dan Rasul-Nya . Pada kali ini dia memberikan jawaban ,ya. Maka beliau bersabda, boleh. Beliau bersabda, kalau begitu ikutlah bersama kami.( Muslim Kitabul jihad bab karahiyatul isti'anganah. )
Jika ada seorang yang cinta dunia maka tentu akan mengatakan bahwa ini bantuan ada yang datang, manfaatkanlah itu. Tetapi gairat beliau tidak dapat menerima bahwa di dalam peperangan yang dilakukan atas nama Allah bantuan diambil dari orang musyrik.
Kemudian tertera dalam sebuah riwayat bahwa Umar r.a pada suatu saat bersumpah atas nama bapaknya. Rasulullah saw memanggilnya lalu menegurnya seraya bersabda : Dengarlah, Allah melarang kalian untuk bersumpah atas nama bapak kalian. Siapa yang perlu harus bersumpah maka bersumpahlah atas nama Allah atau diamlah. (Bukhari kitabul adab bab man lam yara kuffaara man qaala mutaawwilan atau jaahilan.)
Pertama, adalah bahwa ada orang yang merupakan adat kebiasaannya bersumpah atas nama Allah atas hal-hal yang kecil-kecil. Itu sudah menjadi kebiasaan umum. Hendaknya jangan mengucapkan sumpah seperti itu. Jika dalam sejumlah kondisi, akibat sejumlah keterpaksaan terpaksa harus mengucapkan sumpah maka pada saat itu sumpah dilakukan dan pada saat itu hendaknya yang ada di dalam fikiran kita adalah bahwa saya tengah menjadikan Allah sebagai saksi. Beliau dalam kondisi apapun tidak pernah dapat menerima bahwa apa yang merupakan hak Allah jangan ada yang dapat dekat menyentuh ke dekatnya dalam keadaan tidak tahu. Kemudian jika sedikit saja kemungkinan ada sejumlah amal membawa kepada syirik maka beliau dengan sangat keras menolaknya.
Para penyembah kuburan
Mengenai pergi ke kuburan- kuburan untuk doa beliau telah memberikan izin, tetapi beliau tidak dapat menerima bahwa di atas kuburan-kuburan itu dinyalakan lampu. Sejumlah orang menyalakan lampu dan lilin. Maka tertera dalam sebuah riwayat yang diterangkan oleh Hadhrat Ibni Abbas bahwa Rasulullah saw melaknat orang-orang yang berziarah ke kuburan seperti itu, menjadikan kuburan-kuburan itu sebagai sembahan selain Allah dan mejadikan tempat itu untuk menyalakan lampu-lampu. (Turmudzi kitabushalat bab maa jaa aa fi karahiyati anyattakhidzal 'alal qabri masjidan.)
Dewasa ini perhatikanlah bahwa orang-orang Islam pun ternyata telah melakukan tindakan seperti ini. Mereka para wali yang (ketika hidupnya) mereka sendiri merupakan wujud-wujud yang terus menerus memperjuangkan tegakknya tauhid Ilahi tetapi atas nama mereka justru syirik itu terjadi. Kepadanya diminta keinginan-keinginannya dikabulkan, kepadanya dimohon keinginann-keinginan mereka dipenuhi, mereka kesana untuk bernazar dan kain selimut yang bertatahkan benang emas yang selimutkan di atas kuburannya dan ini merupakan kenyataan yang sebenarnya dan itu kini ada. Seorang perempuan memberitahukan bahwa dia kenal dengan seorang perempuan yang memiliki seorang anak. Dia mengatakan bahwa anak ini diberikan oleh Data Sahib (nama seorang wali terkenal). Saya katakana padanya, takutlah pada Tuhan. Dia menjawab, tidak. Saya sebelumnya terus meminta kepada Tuhan, saya terus memanjatkan doa dalam shalat-shalat, namun saya tetap tidak dapat melahirkan anak. Pada saat saya pergi ke makam Data sahib maka setelah itu saya mendapatkan anak. Jadi, daripada Allah –menurut dia-Data sahib merupakan segala-galanya. Sama sekali tidak rasa ada rasa takut pasa Tuhan. Dan di anak benua kecil(India) -sebagaimana saya telah katakan – yang dikatakan sebagai Muslim pun banyak sekali mereka yang sedang terjerumus dalam syirik ini. Rasul Allah telah melaknat orang yang seperti itu.
Kemudian tertera dalam sebuah riwayat bahwa Hadhrat Aisyah r.a meriwayatkan bahwa Ummi Salma menyebutkan mengenai sebuah Gereja di Habsyah yang diberi nama Maryah dan di dalamnya diletakkan gambar. Atas hal itu Rasulullah saw bersabda bahwa ini adalah merupakan kaum apabila di kalangan mereka ada orang saleh yang mati maka di atas kuburannya mereka membuat mesjid-mesjid dan di dalamnya mereka membuat patung. Orang-orang seperti itu adalah merupakan makhluk yang terburuk. Bukhari kitabusyshalat bab asshalaatu fil bai'ati
Di dalam sebuah tempat tertera juga demikian bahwa dalam keadaan beliau sedang sakit perkataan ini disebut. Maka begitu mendengar ini (mereka menjadikan kuburan nabi mereka sebagai masjid) beliau serta merta bangun duduk dengan penuh semangat dan beliau bersabda sangat buruk sekali orang-orang yang melakukan seperti ini. Kondisi beliau sendiri beliau biasa memanjatkan doa seperti iniاللهم لا تجعل قبرى وثنا Allaahumma laa taj'al qabri wasnan- hai Allah ! janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai tempat penyembahan berhala.
Seorang yang sepanjang umur setiap saat, setiap detik penuh waktunya dalam mencintai Allah, terus berupaya menegakkakan tauhid Ilahi, kaki-kakinya menjadi kejang dan bengkak karena terus menerus beribadah sepanjang malam, yang keinginannya hanya satu agar setiap orang di dunia menjadi orang-orang yang beribadah kepada Tuhan yang Esa, maka bagaimana mungkin dapat bersabar menerima bahwa kuburnya menjadi tempat syirik. Dan sampai kini sebagai pengambulan doa itu Dia telah telah menyelamatkan kuburan yang penuh berkah itu dari syirik. Tetapi heran sekali pada orang-orang Islam –sebagaimana saya sebelumnya telah katakan- orang-orang pergi ke kuburan orang sufi-sufi dan para fakir /arif billah untuk melakukan syirik dan tempat itu kini menjadi pangkalan syirik.
Hadhrat Mirza ghulam Ahmad mengatakan: " Saya senantiasa melihat dengan pandangan penuh rasa kekaguman bahwa nabi dari Arab yang bernama Muhammad saw (Ribuan salam dan selawat sejahtera padanya) betapa luhur martabat yang dicapai nabi itu. Titik puncak ketinggian martabatnya tidak dapat diketahui, memperkirakan pengaruh daya pensuciannya bukanlah merupakan pekerjaan manusia. Namun sangat disayangkan sebagaimana martabatnya seyogianya harus dikenal martabatnya itu tidak dikenal. Tauhid yang telah sirna dari muka bumi ini dialah sosok panglima yang membawanya kembali ke dunia ini. Dia dengan cara yang sangat luar biasa telah mencintai Allah dan dalam bersimpati kepada ummat manusia telah memberikan pengaruh kepada jiwanya. Oleh karena itu Allah yang mengetahui akan rahasia hatinya telah menganugerahkan kelebihan melebihi semua nabi-nabi dan melebihi orang-orang terdahulu serta orang-orang yang datang kemudian, dan keinginan serta cita-citanya dipenuhi di masa hidup juga". Haqiqatul wahyi ruhani Hazain jilid 22 hal 118-119
Kemudian beliau Mengatakan: " Bacalah Al-Quran sambil merenungkan kandungan isinya. Lebih dari nabi kita Muhammad saw tidak ada contoh manusia sempurna manapun dan untuk yang akan datang pun tidak akan ada sampai hari Qiamat. Kemudian lihatlah kendati dengan mendapatkan mukjizat ilahiah sekalipun kondisi Rasulullah saw senantiasa tetap berada pada kondisi menghambakan diri dan berkali-kali beliau mengatakan أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ (aku ini hanya seorang manusia seperti kamu) sehingga di dalam kalimah tauhid pernyataan beliau sebagai hamba dibakukan sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Yang tanpa itu seorang Muslim tidak dapat dikatakan sebagai seorang Muslim. Renungkan dan renungkanlah kembali. Jadi dalam kondisi mana cara kehidupan pemberi petunjuk yang sempurna memberikan pelajaran kepada kita bahwa setelah sampai kepada kedekatan yang tertinggi pengakuan penghambaan itu tidak lepas. Oleh karena itu siapapun berfikiran seperti itu atau membawa pemikiran seperti itu di dalam hati (penghambaan/beribadah itu dapat lepas) adalah merupakan perkara yang sia-sia dan tidak berguna". Malfuzhat jilid I hal.74
Jadi, inilah martabat Rasulullah saw yang untuk menegakkannya dan untuk menciptakan kecintaan Allah di dalam hati manusia beliau telah lahir. Martabat manusia yang paling luhur dan kedudukan /tingkat sebagai hamba Allah Yang Rahman yang oleh seseorang yang paling tinggi dapatkan adalah yang didapatkan oleh Rasulullah saw. Beliau telah dibangkitkan supaya manusia dapat mengenal dirinya dan mengenal Zat Allah dan dapat memperkenalkan Zat Allah. Beliau dibangkitkan untuk menegakkan tauhid Ilahi. Dan di dalam inilah beliau telah melewati seluruh kehidupan beliau. Dan keinginan beliau adalah supaya setiap individu dan setiap orang di dunia menjadi tegak pada tauhid Ilahi.
لا اله الا الله محمد رسول الله laailaahaillallah muhammadurrasuulullah. Semoga Allah memberikan taufik kepda kita semua.
Khutbah jum'ah Mirza Masroor Ahmad tanggal 4 -2-2005 di Baitulfutuh, Morden,London,Inggris.
Allah telah membangkitkan Rasulullah saw di dunia untuk menegakkan tauhid-Nya yang murni. Mulai dari sejak kecil sedemikian rupa dari sisi-Nya Dia telah siapkan sehingga qalbu beliau Dia telah jadikan bersih, suci dan cemerlang. Mulai dari sejak kecil Dia telah menyemaikan di dalam diri beliau benih kecintaan kepada diri-Nya dan kebencian terhadap syirik.
Bahkan sebelum kelahiran beliau Dia telah memberitahukan kepada ibunda beliau prihal nur/cahaya yang akan tersebar ke seluruh dunia. Kemudian dunia menyaksikan bahwa bagaimana ru'ya yang ibunda Aminah telah saksikan itu telah menjadi terbukti kebenarannya.
Syariat sempurna Allah turun pada beliau tepat waktunya. Dan nur itu telah tersebar ke segenap penjuru di dunia. Sebuah gejolak kecintaan kepada Tuhan Yang Esa-lah yang telah merampas tidur nyenyak malam-malam beliau dan telah merampas ketenangan dan ketenteraman hari-hari beliau. Jika keresahan itu ada dalam diri beliau maka itu hanya satu, yaitu bagaimana dunia mulai menyembah Tuhan yang Esa, mulai mengenal akan Tuhan yang menciptakan mereka. Untuk menyampaikan amanat itu beliau harus menahan berbagai macam kesusahan dan menghadapi berbagai macam penderitaan. Tetapi kesusahan dan penderitaan tidak dapat mencegah beliau untuk beribadah dan menahan beliau untuk menyampaikan amanat Tuhan yang Esa.
Tugas untuk menjadikan orang-orang menjadi supaya beribadah kepada Allah yang Allah telah serahkan kepada beliau, itu sesudah turun perintah-perintah (Allah) kepada beliau, jelas beliau pasti akan kerjakan. tetapi, dari sejarah kita melihat bahwaa hati beliau dari sejak masih kanak-kanak telah bersih dari kemusyrikan dan telah menjadi kalbu yang tunduk kepada Tuhan yang Esa. Tuhan dari sejak kecil telah memurnikan hati itu untuk-Nya. Kapan saja pada saat masih masa kanak-kanak akibat tekanan siapapun yang besar dari antara mereka harus pergi ke acara yang berbau kemusyrikan maka Allah sendiri yang meyiapkan sarana untuk mencegah beliau dari itu, Allah sendiri yang menciptakan sarana untuk perlindungan beliau.
Terkait dengan ini, dalam buku sejarah tertera sebuah riwayat bahwa Ummu Aiman meriwayatkan bahwa " Bawwaanah" adalah merupakan tempat penyembahan berhala dimana orang-orang Quraisy biasa hadir disana dan mereka sangat memuliakannya dan mereka memberikan pengurbanan - pengurbanan disana, mencukur rambut dan dalam setahun mereka melakukan i'tikaf sehari sampai malam. Abu Talib juga dengan kaum beliau biasa berkunjung kesana dan kepada Rasulullah saw juga beliau katakan untuk pergi bersama-sama ( pada saat beliau masih kanak-kanak ) tetapi beliau (saw) menolak untuk pergi. Ummu Aiman menuturkan bahwa saya melihat Abu Talib dan bibi-bibi beliau pada satu kali sangat marah pada beliau dan mereka mengatakan," Kamu ini menghindar dari sembahan-sembahan kami, karena itu kami senantiasa khawatir berkenaan dengan dirimu dan mereka mengatakan, hai Muhammad ! (saw) apa yang engkau inginkan, kenapa engkau tidak hadir bersama kaummu dan kenapa kamu tidak berkumpul untuk itu? ". Akibat tekanan mereka yang terus menerus pada suatu saat beliau pergi, tetapi sebagaimana yang Allah kehendaki beliau kembali dari sana dalam keadaan sangat resah dan ketakutan. Maka kerabat dan famili beliau menanyakan pada beliau bahwa apa yang telah tearjadi. Beliau menjawab bahwa saya takut kalau syaitan menjamah saya. Maka mereka mengatakan bahwa Allah tidak akan menjerumuskan engkau dalam khayalan –khayalan syaitan dalam keadaan mana di dalam dirimu terdapat kebiasaan-kebiasaan yang baik. Apa yang engkau lihat, apa yang menyebabkan engkau merasa ketakutan ? Beliau bersabda bahwa begitu saya masuk mendekati sebuah patung maka seorang yang tinggi besar menjelma di hadapan saya dan mengatakan, hai Muhammad ! berhenti, jangan menyentuh itu. Ummu Aiman mengatakan, kemudian mereka pun tidak lagi menyuruh beliau untuk pergi hadir disana hingga beliau dianugerahi pangkat kenabian.( Siiratul halbiyyah jilid awwal bab ma hafidhahullah taala bihi fi shigarihi min ummihil jaahiliyyah ) Jadi, inilah persiapan-persiapan yang dengan perantaraan itu Allah melindungi hati yang bersih dan murni itu.
Tauhid di masa muda rasulullah saw
Kemudian, perhatikanlah masa muda beliau, bagaimana beliau biasa pergi ke sebuah goa untuk melakukan ibadah pada Tuhan yang Esa. Beliau melewati sampai beberapa hari di goa Hira. Dalam kesendiriannya beliau melakukan percakapan rahasia dengan Tuhan beliau dan melakukan ibadah pada-Nya. Melihat ini kaum beliau pun mengatakan bahwa Muhammad jatuh cinta pada Tuhan-nya.
Dalam kaitan ini Mirza Ghulam Ahmad mengatakan: " Rasulullah saw menjadi pecinta satu Wujud itu dan telah menjadi gila pada-Nya. Hasilnya dia mendapatkan yang tidak pernah didapatkan oleh siapapun di dunia. Beliau sedemikian rupa cintanya kepada Tuhan sehingga orang-awam pun mengatakan
عشق محمد على ربه –'asyiqa muhammadun 'ala rabbihi -Muhammad saw telah jatuh cinta pada Rabb-nya.
Kemudian perhatikanlah pada masa muda beliau satu contoh kebencian beliau pada berhala. Tatkala Rasulullah bersama Abu Talib berjumpa dengan seorang pendeta - Buhairah- pada saat perjalanan ke Syam, maka dia menanyakan, hai putra ningrat ! Saya menanyakan kepada engkau atas nama Lat dan Uzza, berilah jawaban kepada saya. Buhairah menanyakan menyebut nama berhala-berhala itu sebab inilah cara untuk menanyakan kepada orang-orang Quraisy ( Lat dan Uzza adalah berhala mereka yang paling besar) Maka Rasulullah saw dalam memberikan jawaban berkata bahwa janganlah menanyakan kepada saya dengan menyebut nama-nama berhala-berhala itu sebab saya sangat benci kepada keduanya. Sesudah itu Buhairah melanjutkan pembicaraannya dengan menyebut nama Allah. (Assiratunnabawiyyah liibni HisyamAl-ma'ruf sirat Ibni Hisyam Kisah Buhairi hal.145)
Kemudian tertera sebuah riwayat yang dari itu menjadi jelas kebencian beliau pada berhala, yang hanya dan hanya merupakan sebuah ungkapan beliau tetap hamba Allah. Kisahnya adalah demikian. Ibnu Umar r.a meriwayatkan bahwa sebelum turun wahyu kepada beliau beliau berjumpa dengan Zaid bin Umar. Maka makanan dihidangkan di hadapan Rasulullah saw. Beliau menolak untuk makan dari itu. Kemudian beliau mengatakan bahwa saya bukanlah orang yang makan dari apa yang kamu sembelih atas nama berhala. Dan saya tidak makan kecuali yang disembelih atas nama Allah (Bukhari kitabul manaaqib bab hadiitsu Zaidibni Umar bin Naqil) . Beliau menolak untuk mamakannya dan beliau bersabda bahwa saya bukanlah orang yang memakan yang kamu sembelih atas nama berhala. Jadi inilah hati yang di dalamnya tidak ada yang lain kecuali hanya cinta kepada Tuhan.
Tauhid di masa Masa kenabian Rasulullah
Kemudian tatkala zaman kenabian mulai maka sebuah dunia menyaksikan pemandangan دَنَا فَتَدَلَّى-danaa fatadalla (Kemudian dia dekat, maka Allah menjadi dekat padanya) dengan syarat ada mata untuk melihat. Setiap hari yang terbit dan beranjak naik menampakkan permisalan dua orang yang saling mencintai, yakni menampakkan pertanda Allah dan Muhammad saw menjadi tambah lebih dekat. Sebagaimana paman beliau, ketika karena rasa takut pada orang-orang kafir Mekah beliau berusaha mencegah beliau untuk menyebarkan amanat Allah. Maka pecinta sejati Rasulullah saw itu betapa indah jawaban yang dia berikan, inilah kisahnya yang didapatkan.
Ibnu Ishak meriwayatkan," Dan selain itu banyak lagi orang-orang yang berada disana, semua itu datang kepada Abu Talib dan mengatakan hai Abu Talib ! Atau engkau melarang keponakan Engkau ( Muhammad saw) supaya dia jangan mejelek-jelekkan berhala-berhala kami dan janganlah menyatakan nenek moyang kami jahil dan sesat. Kalau tidak berilah izin kepada kami untuk menuntut balas sendiri dari dia, sebab dalam memusuhinya kamupun ikut beserta kami, yakni kamupun seperti kami tidak menjadi orang Islam. OIeh karena itu kamu janganlah menjadi penghalang di antara kami dan dia.
Abu Talib dengan sangat sopan santun memberikan jawaban pada mereka dan melepaskan mereka dengan penuh rasa senang hati. Dan Rasulullah saw seperti itulah terus memproklamirkan agama beliau, kendati kepada beliau telah diperingatkan. Kebencian Quraisy pada Rasulullah saw itu dari waktu ke waktu terus bertambah membara sehingga untuk kedua kali mereka kembali pergi kepada Abu Talib dan mereka mengatakan: Hai Abu Talib ! kamu adalah seorang yang mulia dan lanjut usia, dan kami menganggap kamu sebagai seorang yang terpandang. Kami telah memohon kepadamu untuk melarang keponakanmu itu , tetapi kamu tidak melarangnya. Demi Tuhan, kami tidak dapat bersabar atas perkara berhala-berhala kami dan nenek moyang kami dikatakan dengan kata-kata yang kasar. Atau kamu sendiri yang menyingkirkan hal itu atau prilakunya itu, kalau tidak kami mengatakan kepadamu bahwa dari antara kedua belah pihak pasti salah satu pihak ada yang akan binasa. Setelah mengatakan itu mereka kemudian pergi.
Abu Talib sangat cemas akan kebencian dan pengucilan kaumnya itu dan karena sebab-sebab itulah beliau terpaksa tidak dapat beriman kepada beliau dan tidak pula dapat menarik diri untuk tidak menolong beliau saw. Beliau tidak disini dan tidak pula disana. Maka Ibnu Ishak mangatakan: Tatkala orang Quraisy mengadukan kepada Abu Talib, maka Abu Talib membawa pesan ini kepada Rasulullah saw bahwa, hai keponakanku ! Kaummu datang kepada saya untuk menyampaikan begitu banyak keberatan-keberatan mereka. Maka saya menganggap bahwa kamu janganlah berbicara tentang sesuatu yang akan menghacurkan jiwamu dan jiwaku dan janganlah kamu menyakiti saya dengan pekerjaan yang sedemikian rupa yang aku tidak mampu untuk memikulnya. Perawi mengatakan bahwa Rasulullah saw menyangka bahwa kini paman saya tidak dapat menolong saya dan beliau saw memberikan jawaban padanya bahwa, hai pamanku ! jika orang-orang ini meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku maka saya tetap tidak akan meninggalkan pekerjaan itu sehingga Allah menyempurnakan hal itu atau saya sendiri yang binasa di dalamnya. Kemudian air mata Rasulullah saw bercucuran, lalu Abu Talib memanggil beliau seraya berkata, hai keponakanku ! datanglah kemari.. Rasulullah saw mendekati beliau, lalu dia berkata, lihatlah, apa yang kamu ingin lakukan lakukanlah, saya sama sekali tidak akan meninggalkan engkau dan (jika ada sesuatu yang terjadi dengan dirimu) saya akan menuntut balas dari semuanya. (Sirat Ibni Hisyam ,jilid I hal.169 Maktabah darul ulum Edisi Baru)
Terkait dengan peristiwa itu Mirza Ghulam Ahmad menceriterakan: "Tatkala ayat-ayat ini turun bahwa orang-orang musyrik itu adalah rijsun, kotor,شرالبريه -sejahat-jahat makhluk, orang-orang bodoh, anak-anak syaitan. sembahan mereka adalah وقودالنار -bahan bakar neraka dan حصب جهنم-hashabu jahannam –bahan bakar neraka Jahannam, maka Abu Talibmemanggil Rasulullah saw seraya berkata, hai keponakanku ! dengan cercaanmu itu kaummu menjadi sangat marah sehingga mereka ingin membunuhmu dan bersama itu sayapun akan mereka jadikan sasaran. Engkau telah mengatakan orang-orang bijak mereka orang-orang bodoh dan sesepuh sesepuh mereka kamu katakan sebagai شرالبريه seburuk-buruk makhluk dan engkau memberi nama sembahan-sembahan mereka yang mereka hormati sebagai وقودالنار bahan bakar neraka dan bahan bakar neraka Jahannam". Yakni bahan bakar api neraka. Dan " kepada semuanya engkau nyatakan sebagai anak-anak syaitan dan sesuatu yang kotor. Saya meanyatakan kepadamu dengan rasa simpati bahwa tahanlah lidahmu dan berhentilah kamu dari melakukan cercaan itu, kalau tidak, saya tidak mempunyai kekuatan untuk menghadapi kaum kita. Rasulullah saw dalam memberikan jawaban berkata ," Hai pamanku ! ini bukanlah mencerca tetapi ini adalah ungkapan kenyataan dan merupakan sebuah keterangan atas perkara yang sebenarnya dan inilah tugas yang untuk itu saya telah dikirim oelh Allah. Jika saya harus menghadapai kematian demi untuk itu maka saya dengan senang hati akan menerima kematian itu untuk diri saya. Kehidupan saya ini telah diwakafkan di jalan ini. Saya tidak bisa berhenti dari mengungkapkan kebenaran karena takut mati. Hai paman ! jika paman terasa akan kelemahan paman dan kesulitan paman maka lepaskanlah diri paman dari memberikan perlindungan terhadap diri saya. Demi Allah, saya sedikitpun sama sekali tidak memerlukan paman, saya tidak akan pernah berhenti untuk menyampaikan amanat-amanat atau hukum-hukum Allah. Saya lebih mencintai hukum-hukum Tuhan-ku dari jiwaku. Demi Allah, jika saya terbunuh di jalan ini maka saya menginginkan bahwa saya hidup lalu saya terus mati berkali-kali di jalan ini. Bagi saya ini bukanlah merupakan hal yang menakutkan bahkan justru saya merasakan kelezatan yang tidak terhingga di dalamnya, yakni saya menikmati menjalani penderitaan di jalannya. Rasulullah saw tengah menyampaikan ceramah ini sementara wajah beliau penuh dengan nur keruhanian dan kekhusyukan beliau menjadi bertambah kentara di wajah beliau. Dan tatkala Rasulullah menyelesaikan ceramah beliau ini maka dengan melihat cahaya kebenaran itu serta merta air mata Abu Talib menjadi bercucuran seraya berkata bahwa saya tadinya tidak mengetahui prihal kondisimu yang sedemikian luhur itu. Engkau sungguh dalam warna yang lain dan keagungan yang berbeda. Pergi dan teruslah sibuk dalam tugasmu, selama saya hidup, sejauh kemampuan saya, saya akan terus membantumu.
Jadi inilah martabat fana Rasulullah saw dalam kencintaan kepada Allah swt. Kini orang-orang duniawi melontarkan kritikan bahwa beliau –nauzubillah- menghendaki kemegahan dunia yang karenanya beliau melakukan semua ini. Bahkan semua keberatan ini adalah mulai dari sejak itu , yakni dari sejak kebangkitan beliau. Kemudian tidak hanya ini , mereka mengatakan kata-kata yang keras dan kasar dan mereka memberikan ancaman bahwa beliau harus menyudahi missi beliau bahkan dalam menimpakan kesusahan-kesusahan pun mereka menempuh berbagai macam cara, yang peristiwanya tidak terhitung jumlahnya, tetapi kendati demikian orang-orang kafir tidak dapat mengurangi ari hati kecintaan beliau kepada Allah.
Demikian juga ada sebuah peristiwa dalam sebuah riwayat bahwa Abdullah bin Umar bin As r.a meriwayatkan bahwa pada suatu kali saya ada pada saat orang-orang besar Quraisy berada di Kakbah di dekat Hajarulaswad. Mereka mulai membicarakan Rasulullah saw seraya berkata bahwa sebagaimana kita bersabar berkait dengan orang itu seperti itu kita tidak pernah lakukan untuk siapapun. Dia ini menjelek –jelekkan nenek moyang kita dan agama kita. Kita telah banyak bersabar akan hal itu. Pada saat orang-orang ini tengah membicarakan hal ini maka tiba-tiba Rasulullah saw datang lalu beliau sibuk dalam melakukan tawaf dan pada saat beliau tengah melakukan tawaf dan lewat dari dekat mereka maka orang-orang kafir berbisik-bisik mengenai diri beliau. Sesuai dengan itu ada tiga kali pernah terjadi seperti itu dan di wajah Rasulullah saw terlihat rasa duka dan kesedihan dan pada kali yang ketiga tatkala mereka berbisik-bisik beliau berdiri seraya bersabda: “Hai orang-orang Quraisy ! demi Allah yang jiwaku terletak di tangan kekuasaan-Nya, saya datang membawa kehancuran bagi orang-orang yang seperti kalian. Abdullah bin Umar mengatakan," Sedemikian rupa pengaruh perkataan Rasulullah saw itu sehingga orang-orang Quraisy menjadi terkesima dan orang yang begitu paling belak-belakan bicara di tengah-tengah mereka menjadi berubah mulai berbicara dengan lembut kepada Rasulullah saw bahwa silahkan Tuan pergi. Kemudian beliau saw telah pergi.
Kemudian pada hari yang kedua mereka itu berkumpul dan dari semua arah mereka menyerang beliau sambil mengatakan kepada beliau bahwa kamu ini wahai Muhammad mecela berhala-berhala kami dan menjelek-jelakkan agama kami. Rasululah saw bersabda: Ya, inilah yang saya katakan. Abdullah bin Umar mengatakan bahwa saya melihat seorang memegang selimut Rasulullah saw. Begitu melihat itu Abu Bakar berdiri menangis sambil berkata kepada orang-orang Quraisy, apakah kalian ingin membunuh orang yang mengatakan bahwa Rabb saya adalah Allah. Baru orang-orang Quraisy pergi meninggalkan beliau. Perawi mengatakan bahwa peristiwa perlakuan buruk orang-orang Quraisy ini saya lihat langsung dengan mata kepala saya sendiri. (Assiratunnabawawiyyah li ibni Hisyam almakruf sirat Ibni Hisyam dzikru ma laqiya Rasulullah saw hal. 217-218 )
Seperti itu banyak lagi peristiwa-peristiwa lain, peristiwa-pristiwa yang penuh dengan marabahaya. Dilancarkan rencana-rencana jahat untuk menghabiskan beliau dan orang yang mengimani beliau. Tetapi Allah yang telah memutuskan untuk menciptakan kelahiran beliau dari sejak kelahiran Adam, dan yang dengan perantaraan kekasih-Nya yang dikasihi ini Dia telah memutuskan untuk menyampaikan amanat-Nya ke seluruh penjuru dunia dan yang sesuai dengan janji-janji-Nya akan melindungi beliau, maka sesuai dengan itu Dia senantiasa terus menurunkan malaikat-malaikat-Nya yang menyiapkan sarana perlindungan kepada beliau untuk menolong beliau pada saat –saat sulit.
Sebagaimana dalam riwayat-riwayat tertera sebuah pristiwa: "Setelah berbicara dengan para pemuka Quraisy Rasulullah saw kemudian pergi dan Abu Jahal berkata ," hai Quraisy apakah kalian melihat bahwa Muhammad tidak ada kata-kata kita yang mau diikutinya dan tidak berhenti memburuk-burukkan sesepuh-sesepuh dan agama kita. Jadi, saya berjanji kepada Tuhan bahwa besok saya akan datang dengan membawa batu besar dan pada saat Muhammad melakukan sujud, saya akan menindih kepalanya. Kalian berilah perlindungan kepada saya. Sesudahnya apa yang Bani Abdi Manaf ingin lakukan mereka dapat silahkan mereka lakukan, yakni dari keluarga Rasulullah saw. Quraisy mengatakan bahwa demi Tuhan kami akan melindungi kamu dan apa yang kamu dapat lakukan lakukanlah itu. Maka tatkala pagi hari tiba, Abu Jahal datang membawa sebuah batu besar lalu duduk menunggu Rasulullah saw yang akan melakukan shalat. Rasulullah saw pun sebagaimana kebiasaan beliau, beliau masuk ke Masjidil haram. Oleh sebab pada hari-hari itu kiblah adalah menghadap ke Baitul-Muqaddis maka beliau sibuk dalam melakukan shalat diantara Hajarul aswad dan Rukun Yamani. Orang-orang Quraisy berbaring di tempatnya masing-masing tengah menunggu jasa Abu Jahal . Maka pada saat beliau tengah melakukan sujud, Abu jahal beranjak membawa batu untuk memindih kepada Rasulullah saw , maka tatkala sampai di dekat beliau maka dari sana dia mundur ke belakang hingga batu jatuh dari tangannya dan dia dalam kondisi yang sangat buruk dan dalam keadaan sangat ketakutan dia kembali kepada kaumnya. Orang-orang pun berlari-larian kepadanya dan menanyakan apa gerangan yang telah terjadi dengan Abulhakam ? Dia menuturkan kisahnya bahwa pada saat saya berangkat membawa batu kepadanya untuk menyempurnakan pekerjaan yang telah saya janjikan kepada kalian, maka apa yang saya lihat, ternyata saya melihat seekor unta besar mengerikan dan ingin menerkam dan memakan saya. Oleh karena itu saya segera mundur kebelakang, kalau tidak tadinya saya sulit untuk menghindarkan diri saya. (Assiratunnbawiyyah liibni Hisyam Almakruf sirat Ibni Hisyam hal.222)
Jadi, perhatikanlah bagaimana Allah melindungi kekasih-Nya . Tetapi bagi seorang yang hatinya mengeras seperti batu untuk sementara waktu dengan melihat tanda ini dia menjadi ketakutan, tetapi pencikan iman tidak menerpanya. Inilah kondisi Abu jahal. Kemudian tatkala untuk memisahkan kekasih dengan yang dikasihi segala macam cara dan kekerasan-kekerasan tidak dapat ampuh maka terfikir oleh mereka bahwa kita iming-imingi dia dengan harta benda duniawi lalu kita lihat, secara langsung kita bicara dengannya lalu kita lihat. Tetapi orang-orang tuna akal itu apa yang mereka dapat ketahui bahwa seorang yang telah terperangkap dalam perangkap kecintaan pada Allah dan martabat pun merupakan martabat yang Rasulullah saw telah capai, maka apa hubungannya dengan iming-iming harta benda dunia itu. Sesuai dengan itu peristiwa tentang iming-iming atau penawaran dunia ini tertera dalam sejarah seperti ini.
Ibni Ishak meriwayatkan bahwa manakala Islam dari hari ke hari mulai meraih kemajuan sedangkan dari pihak orang-orang Quraisy sedapat mungkin mereka mencegah orang-orang untuk menerima Islam dan mereka menimpakan berbagai macam kesulitan dan penderitaan. Sejumlah orang mereka penjarakan di dalam rumah mereka. Ibni Abbas meriwayatkan bahwa pada suatu hari setiap pemimpin suku Quraisy berkumpul untuk berdialog dengan Rasulullah saw yang namanya adalah sbb: Utbah, Syaibah,Abu Sufyan, Nadhar bin Haris Albakhtari / Abul bakhtari… Abu Jahal bin Hisyam, Abdullah bin Abi Umayyah 'As bin Abi Wail, Umayyah bin Halaf dll semua ini setelah matahari terbenam berkumpul di belakang teras Kakbah dan seorang berkata kepada yang lainya bahwa suruhlah panggil seseorang untuk berbicara dengan Muhammad (saw) dan berdialoglah sedemikian rupa sehingga dia menjadi tidak berdaya.
Kemudian mereka mengirim seorang kepada Rasulullah saw. Beliau setelah mendengar amanat ini menganggap bahwa mungkin mereka mempunyai keinginan untuk mengikuti jalan yang lurus. Sebab, beliau sangat ingin mereka menerima Islam. Maka beliau dengan cepat pergi ke pertemuan itu. Semuanya dengan sepakat mengatakan kepada beliau bahwa hai Muhammad (saw ) ! kami memanggil Tuan untuk melakukan pembicaran, sebab demi Tuhan, kami dari orang Arab siapapun kami tidak dapat ketahui yang sedemikian rupa menjerumuskan kaumnya dalam kesulitan sebagaimana halnya Tuan telah lakukan (terhadap kami). Tuan ini memburuk-burukkan nenek moyang kami dan mencela sembahan-sembahan kami, mencerai beraikan jamaah kami, tidak ada suatu kerusakan yang Tuan tidak pikulkan kepada kami. Jika tujuanmu adalah untuk mengumpulkan harta maka kami akan menyerahkan harta kami kepadamu sedemikian rupa sehingga Tuan akan meanjadi orang yang terkaya diantara kami. Dan jika ingin menjadi pimpinan, maka kami akan menjadikan Tuan sebagai pemimpin kami. Jika Tuan ingin menjadi raja maka kami akan menjadikan Tuan sebagai Raja. Dan untuk Jin atau siluman yang datang kepada Tuan untuk mengobatinya kami siap untuk membelanjakan semua harta kami kepada Tuan.
Rasulullah saw bersabda: Seberapa banyak pembicaraan yang kalian lakukan itu satupun tidak ada didalam diri saya. Saya tidak mengingikan harta, tidak menginginakan kemuliaan dan tidak menginginkan kerajaan. Saya telah dikirim oleh Allah sebagai Rasul dan Dia telah menurunkan kitab-Nya kepada saya dan telah memerintahkan bahwa saya adalah sebagai pemberi ingat dan pemberi habar suka bagi kalian. Saya memberikan kabar suka dan memberikan peringatan juga. Jadi saya telah menyampaikan amanat Tuhan kepada kalian. Jika kalian menerimanya maka di dalam itu adalah faedah untuk diri kalian sendiri. Dan jika kalian tidak menerimanya maka sabarlah kalian sampai pada saat itu dan sayapun juga akan bersabar hingga Tuhan memberikan keputusan diantara saya dan kalian. (Assiratunnbawiyyah liibni Hisyam Almakruf sirat Ibni Hisyam hal.220-221)
Beliau Rasulullah saw yakin dan sepenuhnya yakin bahwa beliau adalah Nabi Allah yang benar dan keputusan akhir Allah benar-benar beliau ketahui bahwa itu pasti akan memihak saya. Jadi beliau (Rasulullah saw) bersabda, hai orang-orang kafir! Kalian akibat tidak ada rasa malu, kalian tidak dapat bergeser dari agama kalian yang palsu. Di dalam surah ( يَاأَيُّهَا الْكَافِرُونَ ) semua perkara ini diterangkan. Maka, saya yang sebagai nabi Allah bagaimana saya akan dapat berhenti untuk menyampaikan amanat Allah yang Allah telah perintahkan kepada saya. Bagaimana saya bisa berhenti beribadah kepada Tuhan yang setiap hari terus memperlihatkan tanda-tanda-Nya yang baru kepada saya, yang mana Dia sendiri yang berdiri untuk menandingi kalian dari pihak saya. Kalian silahkanlah lakukan terus perlawanan kepada saya, jangan lagi ada tersisa upaya-upaya untuk menyakiti saya, tetapi ingatlah bahwa sayalah yang akan menang. Kepada kalian inilah jawaban yang Allah telah ajarkan kepada saya bahwa kalian tetaplah dalam agama kalian dan saya akan tetap dalam agama saya.
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ Tapi ingatlah bahwa ini sudah merupakan ketetapan, takdir Allah telah memberikan keputusan,Tuhan saya telah mengambil keputusan, yakni Tuhan yang Maha mengetahui yang hadir dan yang gaib dan mengetahui yang akan datang, Tuhan yang terus menerus menzahirkan kecintaan-Nya kepada saya,Takdir Tuhan itu kini adalah bahwa agama Tuhan yang Esa itulah yang akan meraih kemenangan dan era kalian akan berakhir. Jadi jawaban ini Allah telah suruh ucapkan dari lidah orang yang mencintai-Nya dan kepada orang yang Dia cintai.
Kecintaan kepada Allah
Kecintaan Rasulullah saw kepada zat Allah dan antusiasme beliau untuk menegakkan ke-Esaan Tuhan di muka bumi dan yang untuk itu beliau telah berupaya, itu tidak ada yang dapat menghadapinya. Tetapi jika kapan saja berkenaan Zat itu, berkenaan dengan Zat Allah swt beliau mendengar kalimat yang luhur dan baik maka beliau senantiasa memberikan pujian.
Tertera dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Hadhrat Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw (karena senang, sebagai pujian beliau mengutip syair seraya ) bersabda: Perkara yang paling benar yang seorang penyair pernah katakan adalah penggalan syair Labid : Dengarlah, selain Allah segala sesuatunya adalah batil dan akan musnah" (Bukhari kitabul manaqib alanshar bab ayyamuljaahiliyyah)
Kemudian kecintaan kepada Allah dan gairat akan nama-Nya sampai sejauh mana ada dalam diri beliau sehingga beliau siap untuk meanggung kerugian, tetapi beliau tidak bisa menerima apabila tuntutan gairat Allah tidak dipenuhi.
Sebagaimana tertera dalam sebuah riwayat . Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa pada saat Rasulullah saw tengah pergi menuju perang Badar, pada saat Islam dalam keadaan yang sangat lemah. Dan sebelum tiba di Badar seorang hadir di sebuah tempat dan orang tersebut terkenal dengan keberanian dan kepiawaiannya dalam berperang. Para sahabah menjadi sangat gembira begitu melihatnya. Dia menawarkan diri kepada Rasulullah saw bahwa saya ikut berperang dengan Tuan dengan syarat saya pun diberikan bagian dari harta rampasan perang. Beliau bertanya apakah kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia menjawab, tidak. Beliau bersabda kalau begitu kamu boleh meninggalkan tempat ini. Saya tidak ingin meminta bantuan dari seorang yang musyrik. Beberapa lama kemudian setelah hadir dia kembali memohon seperti ini. Maka jawaban inilah yang beliau berikan. Dia datang untuk ketiga kalinya dan bertanya bahwa ikutkanlah saya juga dalam lasykar ini. Kemudian beliau bertanya apakah kamu berikan kepada Allah dan Rasul-Nya . Pada kali ini dia memberikan jawaban ,ya. Maka beliau bersabda, boleh. Beliau bersabda, kalau begitu ikutlah bersama kami.( Muslim Kitabul jihad bab karahiyatul isti'anganah. )
Jika ada seorang yang cinta dunia maka tentu akan mengatakan bahwa ini bantuan ada yang datang, manfaatkanlah itu. Tetapi gairat beliau tidak dapat menerima bahwa di dalam peperangan yang dilakukan atas nama Allah bantuan diambil dari orang musyrik.
Kemudian tertera dalam sebuah riwayat bahwa Umar r.a pada suatu saat bersumpah atas nama bapaknya. Rasulullah saw memanggilnya lalu menegurnya seraya bersabda : Dengarlah, Allah melarang kalian untuk bersumpah atas nama bapak kalian. Siapa yang perlu harus bersumpah maka bersumpahlah atas nama Allah atau diamlah. (Bukhari kitabul adab bab man lam yara kuffaara man qaala mutaawwilan atau jaahilan.)
Pertama, adalah bahwa ada orang yang merupakan adat kebiasaannya bersumpah atas nama Allah atas hal-hal yang kecil-kecil. Itu sudah menjadi kebiasaan umum. Hendaknya jangan mengucapkan sumpah seperti itu. Jika dalam sejumlah kondisi, akibat sejumlah keterpaksaan terpaksa harus mengucapkan sumpah maka pada saat itu sumpah dilakukan dan pada saat itu hendaknya yang ada di dalam fikiran kita adalah bahwa saya tengah menjadikan Allah sebagai saksi. Beliau dalam kondisi apapun tidak pernah dapat menerima bahwa apa yang merupakan hak Allah jangan ada yang dapat dekat menyentuh ke dekatnya dalam keadaan tidak tahu. Kemudian jika sedikit saja kemungkinan ada sejumlah amal membawa kepada syirik maka beliau dengan sangat keras menolaknya.
Para penyembah kuburan
Mengenai pergi ke kuburan- kuburan untuk doa beliau telah memberikan izin, tetapi beliau tidak dapat menerima bahwa di atas kuburan-kuburan itu dinyalakan lampu. Sejumlah orang menyalakan lampu dan lilin. Maka tertera dalam sebuah riwayat yang diterangkan oleh Hadhrat Ibni Abbas bahwa Rasulullah saw melaknat orang-orang yang berziarah ke kuburan seperti itu, menjadikan kuburan-kuburan itu sebagai sembahan selain Allah dan mejadikan tempat itu untuk menyalakan lampu-lampu. (Turmudzi kitabushalat bab maa jaa aa fi karahiyati anyattakhidzal 'alal qabri masjidan.)
Dewasa ini perhatikanlah bahwa orang-orang Islam pun ternyata telah melakukan tindakan seperti ini. Mereka para wali yang (ketika hidupnya) mereka sendiri merupakan wujud-wujud yang terus menerus memperjuangkan tegakknya tauhid Ilahi tetapi atas nama mereka justru syirik itu terjadi. Kepadanya diminta keinginan-keinginannya dikabulkan, kepadanya dimohon keinginann-keinginan mereka dipenuhi, mereka kesana untuk bernazar dan kain selimut yang bertatahkan benang emas yang selimutkan di atas kuburannya dan ini merupakan kenyataan yang sebenarnya dan itu kini ada. Seorang perempuan memberitahukan bahwa dia kenal dengan seorang perempuan yang memiliki seorang anak. Dia mengatakan bahwa anak ini diberikan oleh Data Sahib (nama seorang wali terkenal). Saya katakana padanya, takutlah pada Tuhan. Dia menjawab, tidak. Saya sebelumnya terus meminta kepada Tuhan, saya terus memanjatkan doa dalam shalat-shalat, namun saya tetap tidak dapat melahirkan anak. Pada saat saya pergi ke makam Data sahib maka setelah itu saya mendapatkan anak. Jadi, daripada Allah –menurut dia-Data sahib merupakan segala-galanya. Sama sekali tidak rasa ada rasa takut pasa Tuhan. Dan di anak benua kecil(India) -sebagaimana saya telah katakan – yang dikatakan sebagai Muslim pun banyak sekali mereka yang sedang terjerumus dalam syirik ini. Rasul Allah telah melaknat orang yang seperti itu.
Kemudian tertera dalam sebuah riwayat bahwa Hadhrat Aisyah r.a meriwayatkan bahwa Ummi Salma menyebutkan mengenai sebuah Gereja di Habsyah yang diberi nama Maryah dan di dalamnya diletakkan gambar. Atas hal itu Rasulullah saw bersabda bahwa ini adalah merupakan kaum apabila di kalangan mereka ada orang saleh yang mati maka di atas kuburannya mereka membuat mesjid-mesjid dan di dalamnya mereka membuat patung. Orang-orang seperti itu adalah merupakan makhluk yang terburuk. Bukhari kitabusyshalat bab asshalaatu fil bai'ati
Di dalam sebuah tempat tertera juga demikian bahwa dalam keadaan beliau sedang sakit perkataan ini disebut. Maka begitu mendengar ini (mereka menjadikan kuburan nabi mereka sebagai masjid) beliau serta merta bangun duduk dengan penuh semangat dan beliau bersabda sangat buruk sekali orang-orang yang melakukan seperti ini. Kondisi beliau sendiri beliau biasa memanjatkan doa seperti iniاللهم لا تجعل قبرى وثنا Allaahumma laa taj'al qabri wasnan- hai Allah ! janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai tempat penyembahan berhala.
Seorang yang sepanjang umur setiap saat, setiap detik penuh waktunya dalam mencintai Allah, terus berupaya menegakkakan tauhid Ilahi, kaki-kakinya menjadi kejang dan bengkak karena terus menerus beribadah sepanjang malam, yang keinginannya hanya satu agar setiap orang di dunia menjadi orang-orang yang beribadah kepada Tuhan yang Esa, maka bagaimana mungkin dapat bersabar menerima bahwa kuburnya menjadi tempat syirik. Dan sampai kini sebagai pengambulan doa itu Dia telah telah menyelamatkan kuburan yang penuh berkah itu dari syirik. Tetapi heran sekali pada orang-orang Islam –sebagaimana saya sebelumnya telah katakan- orang-orang pergi ke kuburan orang sufi-sufi dan para fakir /arif billah untuk melakukan syirik dan tempat itu kini menjadi pangkalan syirik.
Hadhrat Mirza ghulam Ahmad mengatakan: " Saya senantiasa melihat dengan pandangan penuh rasa kekaguman bahwa nabi dari Arab yang bernama Muhammad saw (Ribuan salam dan selawat sejahtera padanya) betapa luhur martabat yang dicapai nabi itu. Titik puncak ketinggian martabatnya tidak dapat diketahui, memperkirakan pengaruh daya pensuciannya bukanlah merupakan pekerjaan manusia. Namun sangat disayangkan sebagaimana martabatnya seyogianya harus dikenal martabatnya itu tidak dikenal. Tauhid yang telah sirna dari muka bumi ini dialah sosok panglima yang membawanya kembali ke dunia ini. Dia dengan cara yang sangat luar biasa telah mencintai Allah dan dalam bersimpati kepada ummat manusia telah memberikan pengaruh kepada jiwanya. Oleh karena itu Allah yang mengetahui akan rahasia hatinya telah menganugerahkan kelebihan melebihi semua nabi-nabi dan melebihi orang-orang terdahulu serta orang-orang yang datang kemudian, dan keinginan serta cita-citanya dipenuhi di masa hidup juga". Haqiqatul wahyi ruhani Hazain jilid 22 hal 118-119
Kemudian beliau Mengatakan: " Bacalah Al-Quran sambil merenungkan kandungan isinya. Lebih dari nabi kita Muhammad saw tidak ada contoh manusia sempurna manapun dan untuk yang akan datang pun tidak akan ada sampai hari Qiamat. Kemudian lihatlah kendati dengan mendapatkan mukjizat ilahiah sekalipun kondisi Rasulullah saw senantiasa tetap berada pada kondisi menghambakan diri dan berkali-kali beliau mengatakan أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ (aku ini hanya seorang manusia seperti kamu) sehingga di dalam kalimah tauhid pernyataan beliau sebagai hamba dibakukan sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Yang tanpa itu seorang Muslim tidak dapat dikatakan sebagai seorang Muslim. Renungkan dan renungkanlah kembali. Jadi dalam kondisi mana cara kehidupan pemberi petunjuk yang sempurna memberikan pelajaran kepada kita bahwa setelah sampai kepada kedekatan yang tertinggi pengakuan penghambaan itu tidak lepas. Oleh karena itu siapapun berfikiran seperti itu atau membawa pemikiran seperti itu di dalam hati (penghambaan/beribadah itu dapat lepas) adalah merupakan perkara yang sia-sia dan tidak berguna". Malfuzhat jilid I hal.74
Jadi, inilah martabat Rasulullah saw yang untuk menegakkannya dan untuk menciptakan kecintaan Allah di dalam hati manusia beliau telah lahir. Martabat manusia yang paling luhur dan kedudukan /tingkat sebagai hamba Allah Yang Rahman yang oleh seseorang yang paling tinggi dapatkan adalah yang didapatkan oleh Rasulullah saw. Beliau telah dibangkitkan supaya manusia dapat mengenal dirinya dan mengenal Zat Allah dan dapat memperkenalkan Zat Allah. Beliau dibangkitkan untuk menegakkan tauhid Ilahi. Dan di dalam inilah beliau telah melewati seluruh kehidupan beliau. Dan keinginan beliau adalah supaya setiap individu dan setiap orang di dunia menjadi tegak pada tauhid Ilahi.
لا اله الا الله محمد رسول الله laailaahaillallah muhammadurrasuulullah. Semoga Allah memberikan taufik kepda kita semua.
Khutbah jum'ah Mirza Masroor Ahmad tanggal 4 -2-2005 di Baitulfutuh, Morden,London,Inggris.